Bisnis.com, JAKARTA — PT Mandala Multifinance Tbk. memperoleh peringkat idA atas korporasi serta sejumlah obligasi dan sukuk dari PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo. Kondisi pandemi yang menekan bisnis pembiayaan turut memengaruhi prospek peringkat korporasi yang negatif.
Pefindo menyematkan peringkat idA bagi Mandala Finance, serta Obligasi Berkelanjutan III/2019 dan Obligasi Berkelanjutan IV/2020 dari perseroan yang saat ini masih beredar. Lalu, Pefindo pun menyematkan peringkat idA(sy) bagi Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I dari Mandala Finance senilai maksimum Rp1,5 triliun.
Analis Pefindo Adrian Noer dan Putri Amanda menilai bahwa penyebaran Covid-19 berdampak signifikan terhadap industri pembiayaan dalam hal pertumbuhan, kualitas aset, dan profitabilitas. Dampak itu terutama terjadi di pembiayaan sektor-sektor ekonomi yang terkena dampak langsung, seperti perhotelan, pariwisata, restoran, serta transportasi.
Kemampuan debitur dari sektor-sektor ekonomi tersebut terpengaruh secara signifikan, sehingga kemampuan pembayaran kembali kewajiban finansial mereka mengalami penurunan, lalu memengaruhi profil keuangan perusahaan-perusahaan pembiayaan. Faktor-faktor itu pun memengaruhi peringkat korporasi yang diperoleh Mandala Finance.
"Pefindo mencermati bahwa pandemi Covid-19 masih membayangi pertumbuhan bisnis Mandala Finance, yang pada gilirannya, dapat memengaruhi performa kualitas asetnya. Pertumbuhan pembiayaan baru perusahaan terkontraksi 41,3 persen ke Rp2,9 triliun pada 31 Desember 2020, dari Rp4,9 triliun pada 31 Desember 2019," tulis Adrian dan Putri dalam keterangan resmi yang dikutip Bisnis, pada Rabu (15/6/2021).
Keduanya menilai bahwa tanpa adanya hubungan afiliasi kuat dengan sumber pendanaan yang berkelanjutan, ataupun pasar captive yang signifikan, Mandala Finance akan menghadapi tantangan dalam memulihkan nilai pembiayaan barunya seperti sebelum pandemi. Tanpa kenaikan pembiayaan baru yang signifikan, sumber arus kas masuk akan menjadi rentan.
Hal tersebut karena sebagian besar arus kas masuk akan berasal dari angsuran piutang pembiayaan. Angsuran itu sendiri juga dinilai rentan terhadap penurunan kualitas aset dalam kondisi ekonomi yang lemah.
Perseroan mencatatkan rasio pembiayaan bermasalah (non-performing receivables, di atas 30 hari) yang lebih tinggi yaitu sebesar 7,7 persen pada 31 Desember 2020. Pada tahun sebelumnya, rasio itu ada di angka 3,2 persen.
"Meskipun dengan implementasi program restrukturisasi pembiayaan seperti yang ditetapkan POJK 58/2020, kami memiliki ekspektasi bahwa risiko gagal bayar debitur akan tetap ada pada akhir periode restrukturisasi karena debitur masih menghadapi kondisi ekonomi yang menurun. Namun, sebagian dari risiko tersebut dimitigasi oleh kebijakan pembiayaan dan pengendalian pembayaran angsuran Mandala Finance yang ketat," tulis Adrian dan Putri.
Bisnis Perusahaan yang menghasilkan marjin tinggi serta leverage yang konservatif juga akan memberikan dukungan tambahan bagi Mandala Finance dalam memenuhi kewajiban keuangannya. Pefindo menyatakan akan terus memantau secara ketat perkembangan dari dampak Covid-19 terhadap kinerja bisnis dan keuangan perseroan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel