Viralnya Video Susu Beruang, dan Teknik Marketing yang Menjual

Bisnis.com,07 Jul 2021, 16:34 WIB
Penulis: Dewi Andriani
Membangun brand perusahaan.

Bisnis.com, JAKARTA – Masyarakat sempat dihebohkan dengan munculnya sebuah video yang menampilkan banyak orang saling berebut membeli susu beruang di salah satu ritel modern.

Video yang diambil menggunakan telepon selular tersebut kemudian viral di media sosial sehingga membuat efek domino panic buying yang membuat susu beruang sulit untuk ditemukan

Pakar Digital Branding Soegimitro menilai viralnya video rebutan susu berang tersebut merupakan konten kreatif yang berhasil memicu omzet sebuah produk.

Konten viral sebuah brand, menurutnya bisa diciptakan oleh si pemilik brand itu sendiri maupun orang biasa yang kemudian menyebarkannya.

Berdasarkan hasil analisa Soegimitro ada dua alternatif yang membuat konten tersebut. Alternatif pertama adalah video tersebut merupakan konten yang sengaja diciptakan untuk menaikkan omset.

Hal ini terlihat dari posisi tumpukan susu beruang yang sudah disiapkan rapi terbungkus sesuai dengan angle kamera dan adanya ruang bagi para pemain untuk saling berebutan. Selanjutnya dalam video tersebut juga terlihat banyak orang berlarian menyerbu dengan membawa kereta kosong, dan ada yang brutal mengambil susu dalam waktu bersamaan.

“Kita juga bisa melihat semua orang di video tersebut seperti mengetahui posisi susu beruang terkumpul di sana, dan mendorong keranjang kosong tanpa membawa belanjaan lain. Apakah wajar jika mereka membeli susu sebanyak itu tapi tidak mengutamakan belanja kebutuhan lainnya untuk hidup,” jelasnya.

Nah, selain kemungkinan adanya kesengajaan yang dibuat oleh brand, bisa juga video tersebut merupakan konten yang dibuat secara kebetulan oleh pengunjung atau karyawan mengenai kejadian asli perebutan susu beruang di supermarket grosir karena tersebarnya informasi mengenai khasiat susu beruang.

Baik konten tersebut sengaja atau tidak sengaja tetapi dengan viralnya video tersebut mampu membuat banyak orang tertular melakukan hal yang sama di tempat lain. Ada yang penasaran dengan rasanya, ada yang membeli karena kebutuhan, bahkan ada yang sengaja membeli untuk dibuat konten atau dijual kembali.

Dampak baiknya orang bisa lebih mempelajari khasiat susu beruang, dan merasa adanya kecocokan dengan yang dibutuhkan saat ini dalam menghadapi pandemi. Padahal, brand tersebut telah puluhan tahun membangun branding sebagai susu steril yang baik untuk menetralisir racun di tubuh serta menyembuhkan berbagai penyakit.

Jika menilik kembali mengenai viralnya video tersebut sehingga dapat mendongkrak omzet susu beruang secara signifikan hanya dari video ‘receh’ tanpa harus menggunakan artis terkenal, seolah menunjukkan bahwa inilah gaya marketing era digital saat ini.

“Satu percikan kecil dari sebuah konten yang viral, bisa menyalakan pembrandingan yang sudah dilakukan puluhan tahun di Indonesia. Konten yang terlihat sederhana tapi sebenarnya sudah dibangun sebagai terusan pembrandingan sejak puluhan tahun yang lalu,” ujarnya.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa kegagalan dari banyaknya brand senior diantaranya karena karena mereka tidak mampu menciptakan ide kreatif kekinian yang disukai netizen sehingga posisi mereka digeser oleh brand baru.

Padahal, kreatif branding sangatlah penting dalam menaikan omzet sebuah produk. Cara mempromosikan brand juga sudah berbeda dengan gaya lama menyesuaikan perkembangan zaman. Bagaimana strategi branding dapat memberi efek domino.

Ketika sebuah postingan membuat banyak orang termasuk influencer ikut mereposting brand kita di media sosialnya tanpa dibayar, itu juga menjadi salah satu gaya marketing kekinian.

“Mereka yang mampu beradaptasi itulah yang akan menguasai market di era digital saat ini. Jadi beradaptasilah, brandinglah produk Anda dengan konsisten dan terarah. Dilanjutkan ciptakan konten viral, maka semakin sukseslah brand anda,” tutur pria yang sudah berpengalaman 25 tahun menangani banyak brand ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini