Shipper Sebut Mahalnya Biaya Logistik Jadi Tantangan Startup

Bisnis.com,07 Jul 2021, 15:50 WIB
Penulis: Akbar Evandio
Co-Founder dan Chief Operating Officer Shipper Budi Handoko (dalam layar) memberikan pemaparan dalam webinar Mid Year Economic Outlook 2021: Prospek Ekonomi Indonesia Pasca Stimulus, Relaksasi dan Vaksinasi di Jakarta, Rabu (7/7/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan rintisan berbasis aggregator logistik, Shipper meyakini faktor mahalnya biaya logistik di Indonesia masih menjadi tantangan pertumbuhan startup di sektor tersebut.

Co-Founder dan Chief Operating Officer Shipper Indonesia Budi Handoko Shipper mengatakan peran logistik di Indonesia begitu besar karena saat ini pangsa pasar pendapatan jasa logistik mencapai US$221 miliar.

Dia melanjutkan, transaksi platform dagang elektronik yang mencapai Rp266,3 triliun pada 2020 dengan persentase kenaikan 29 persen secara tahunan (yoy) dan populasi Indonesia yang memiliki lebih dari 270 juta penduduk mengartikan bisnis logistik mampu tumbuh subur di Tanah Air.

“Namun, dari sisi tantangan kami melihat PDB dari beban biaya logistik Indonesia sekitar 24 persen dan tertinggi di Asean hal ini yang menghambat daya saing pemain,” ujarnya lewat Bisnis Indonesia Mid-Year Economic Outlook, Rabu (7/7/2021).

Lebih lanjut, dia menjelaskan banyaknya penduduk dan jumlah pulau di Indonesia memang merupakan peluang, tetapi juga memiliki tantangan tersendiri karena diperlukan pemerataan fasilitas dan infrastruktur logistik, khususnya di kawasan timur Indonesia.

Dia melanjutkan, hingga saat ini 65 persen pelaku UMKM yang menganggap logistik adalah tantangan terbesar berusaha. Tak hanya itu, hingga saat ini baru 13,7 juta UMKM yang sudah bergabung di lokapasar daring.

“Kami sebenarnya melihat sektor ini menjadi sektor pendukung yang vital bagi hampir semua sektor industri dan perdagangan, khususnya pelaku UMKM. Selain itu, target pertumbuhan ekonomi Indonesia antara 4,5 — 5,3 persen di mana beban biaya logistik masih sekitar 24 persen dari PDB,” katanya.

Menurut Budi, terjadinya percepatan atau perlambatan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh tingkat efisiensi sektor logistik dalam suatu negara sehingga bila pemerintah bisa menurunkan biaya logistik, maka dia meyakini target pertumbuhan ekonomi bisa dicapai dengan lebih mudah.

Dia meyakini, apabila pemerintah mampu menekan biaya logistik bagi jutaan UMKM, maka pertumbuhan ekonomi nasional akan lebih optimal.

Hhingga Juni 2021, Shipper telah melayani lebih dari 35 kota dan 201 gudang serta memiliki lebih dari 400.000 m2 area pergudangan yang dikelola dan dengan total karyawan lebih dari 1.900 orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini