Soal Risiko Radang Jantung Setelah Divaksin mRNA, Begini Penjelasan WHO

Bisnis.com,10 Jul 2021, 16:46 WIB
Penulis: Nindya Aldila
Ilustrasi vaksinasi Covid-19./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah penelitian yang dilakukan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa risiko miokarditis setelah divaksin mRNA Covid-19 lebih kecil ketimbang manfaatnya.

Dikutip dari situs resminya pada Sabtu (10/7/2021), gejala miokarditis atau perikarditis dilaporkan oleh sejumlah orang setelah menerima vaksin mRNA Covid-19 di Amerika Serikat (AS).

Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung, sementara perikarditis adalah peradangan pada lapisan yang mengelilingi jantung. Kendati dapat menyebabkan penyakit serius, kedua kondisi tersebut dapat tertangani dapat merespons pengobatan konservatif dengan baik.

Namun, Komite Penasihat AS untuk Praktik Imunisasi (ACIP) telah menyimpulkan bahwa manfaat vaksin mRNA Covid-19 lebih besar daripada risiko miokarditis dan perikarditis bahkan di kalangan usia muda.

Berdasarkan data Sistem Pelaporan Efek Samping Vaksin AS (VAERS) pada 11 Juni di kelompok usia 12 - 29 tahun, tingkat kasus miokarditis ditemukan sebanyak 40,6 per sejuta pada penyuntikan kedua bagi laki-laki. Adapun pada perempuan ditemukan sebanyak 4,2 per sejuta.

Sementara, pada usia 30 tahun ke atas ditemukan sebesar 2,4 pada laki-laki dan 1,0 pada perempuan.

Komite Penilaian Risiko Farmakovigilans (PRAC) dari Badan Obat Eropa (EMA) pada pertemuan 5 - 8 Juli lalu telah mengonfirmasi, bahwa ada hubungan sebab akibat yang masuk akal antara miokarditis dan vaksin mRNA.

Selain manfaat yang lebih besar ketimbang risiko kematian dan perawatan di rumah sakit, WHO juga menyimpulkan bahwa kasus miokarditis dan perikarditis sangat jarang terjadi setelah vaksinasi dengan vaksin mRNA Covid-19.

“Kasus-kasus ini lebih sering terjadi pada pria yang lebih muda dan setelah dosis kedua vaksin, biasanya dalam beberapa hari setelah vaksinasi. Bukti saat ini menunjukkan kemungkinan hubungan kausal antara miokarditis dan vaksin mRNA,” seperti dikutip dari situs resmi.

Data yang tersedia menunjukkan bahwa gejala langsung miokarditis dan perikarditis setelah vaksinasi umumnya ringan dan merespons pengobatan konservatif misalnya istirahat, pengobatan obat antiinflamasi nonsteroid, dan lainnya.

Subkomite Komite Penasihat Global tentang Keamanan Vaksin (GACVS) WHO akan terus meninjau gejala miokarditis seiring dengan tersedianya lebih banyak data.

Perlu diketahui, vaksin dengan platform mRNA belum banyak di Indonesia, kecuali dari Moderna yang baru-baru ini datang atas bantuan Amerika Serikat melalui fasilitas COVAX.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini