Bisnis.com, JAKARTA - Unggahan di media sosial yang menggambarkan seorang 'sultan', sebutan bagi orang berduit di zaman sekarang, dengan mudah mobil mewah lewat e-commerce, menjadi pertanda bahwa layanan 'serba online' buat para pemilik kendaraan merupakan masa depan dunia otomotif.
Pengamat Otomotif Bebin Djuana mengungkap bahwa di tengah kondisi lonjakan kasus Covid-19 dan pembatasan sosial, inovasi digital dari para stakeholder menjadi kunci bangkitnya penjualan otomotif, menilik momentum pemberlakuan subsidi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) belum habis.
"Keringan pajak barang mewah yang mendapat respon positif baik di kelas atas, menengah, dan bawah sekalipun, menjadi pertanda baik kebangkitan industri otomotif kita. Jadi tidak perlu khawatir, era pembatasan sosial yang tidak memungkinkan jual-beli tatap muka bukanlah hambatan," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (11/7/2021).
Stakeholder dimaksud, tentu bukan hanya dealer, produsen, atau importir, melainkan termasuk lembaga jasa keuangan (LJK) sebagai penopang berjalannya industri, seperti perbankan, leasing atau multifinance, dan perusahaan asuransi.
Bebin sepakat bahwa beragam promosi dan penjualan secara digital besutan LJK, turut berpengaruh besar terhadap pertumbuhan industri otomotif.
Misalnya, maraknya kegiatan pameran pembiayaan kendaraan secara virtual dengan teknologi 3D beberapa waktu belakangan, mulainya tumbuhnya integrasi dengan platform marketplace jual-beli kendaraan, mudahnya klaim asuransi lewat chat dan video call, hingga gelaran lelang kendaraan secara online.
Apabila terus bertumbuh, bukan tak mungkin nantinya selain penjualan kendaraan, paket layanan yang mengakomodasi penjualan & pergantian sparepart online, panggilan layanan service di rumah, serta layanan darurat di jalanan, pun bakal bermunculan. Masyarakat pemilik kendaraan semakin terbiasa mengakses beragam layanan hanya dari genggaman tangan.
"Percayalah, masyarakat kita cepat sekali beradaptasi. Penjualan online nyaris menggantikan penjualan tradisional. Urusan dengan leasing dan asuransi, begitu ada apps [platform] yang siap, pasti jalan. Tinggal pintar-pintar antara penjual & dealer dengan lembaga keuangan bekerja sama," tambahnya.
Pengamat otomotif dan praktisi industri pembiayaan yang sempat memimpin Auto2000 (2010) dan Astra Credit Companies (2015) Jodjana Jody menjelaskan hal serupa berkaitan kanal digital di era new normal. Namun, dirinya menekankan kombinasi layanan online-offline yang baik harus tetap jadi hal utama.
"Kanal digital memang selalu jadi alternatif kalo kepepet, ya, seperti sekarang ini mulai social distancing ketat lagi. Tapi pada dasarnya, pembelian barang mewah itu susah sekali digital 100 persen. Apalagi di negara kita ini, mobil masih termasuk barang mewah nomor dua setelah rumah," jelasnya kepada Bisnis.
Menurutnya, pendekatan humanis terhadap beberapa bentuk layanan yang tepat, masih diperlukan. Terutama berkaitan dengan pengaduan atau costumer service.
"Jadi kombinasi digital dan human touch itu masih sangat penting. Orang yang beli mobil, biasa kalo ada komplain maunya di mediasi. Memang tren akan bergeser ke digital, tapi akan berlangsung secara pelan. Karena menurut saya kendaraan lain dengan produk retail lain, di mana jual-beli lewat digital itu tak terelakkan cepat sekali," tambahnya.
Adapun, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menjelaskan fenomena ini memang mendorong beberapa pemain industri multifinance berani menggelontorkan capital expenditure (capex) besar berkaitan transformasi digital.
Walaupun nilai pembiayaan kendaraan dari kanal digital secara penuh masih terbilang kecil, pengembangan terus dilakukan karena momentum meningkatnya awareness masyarakat terhadap layanan 'serba online' tengah tumbuh pesat di era pandemi ini.
Selain itu, digitalisasi proses, optimalisasi komunikasi jarak jauh, manajemen dokumen digital, sentralisasi penilaian kredit, serta penggunaan otomasi dan big data, merupakan investasi yang bukan hanya sanggup memberikan fleksibilitas lebih baik baik bagi perusahaan dalam menghadapi era new normal, namun juga menawarkan efisiensi dan harapannya mampu menekan biaya-biaya operasional untuk periode jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel