Soal Covid-19, Luhut: Berita Tidak Benar Bikin Stres dan Banyak Orang Meninggal

Bisnis.com,15 Jul 2021, 11:32 WIB
Penulis: Newswire
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan mengunjungi Pabrik Mobil Listrik Hyundai di Sukamukti Bekasi, Jumat (6/11/2020). Pabrik tersebut merupakan bentuk implementasi komitmen investasi Hyundai yang telah ditandatangani di Korea Selatan pada tanggal 26 November 2019. /KeMenko Marves

Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan permintaan khusus kepada wartawan dan media dalam konferensi pers PPKM Darurat pada Kamis (15/7/2021).

Dia meminta media tidak membuat berita-berita yang kontradiksi dan tidak benar.

"Jadi saya mohon kita ndak usah berpolemik, membuat berita-berita yang kontradiksi, atau statement saya dipotong-potong, kalau boleh saya titip teman-teman media," kata Luhut.

Saat ini, katanya, semua pihak menyelamatkan nyawa orang. Jika makin banyak media membuat berita-berita yang tidak benar, maka orang akan semakin stres dan banyak yang meninggal.

"Jadi kalau Anda membuat berita-berita tidak benar, untuk supaya, maaf, media Anda populer, Anda sebenarnya cenderung membuat orang lain bisa cedera. Saya titip betul itu, ini data ini, silakan anda cek," kata dia.

Luhut tidak menjelaskan lebih lanjut soal berita tidak benar tersebut. Dia juga tidak menampilkan contoh berita yang tidak benar tersebut.

Adapun, permintaan ini disampaikan Luhut ketika membahas perbandingan kasus Covid-19 di Indonesia dengan beberapa negara lain, di tengah merebaknya varian Delta

Luhut menyebut kenaikan kasus dalam beberapa waktu terakhir juga terjadi di negara lain.

"Jadi jangan kita lihat, Indonesia saja yang kena," kata Koordinator PPKM Darurat Jawa-Bali ini.

Data perbandingan ini dikutip dia dari laman ourworldindata.org. Dia menampilkan grafik rata-rata kasus baru Covid-19 per minggu dari 13 April sampai 13 Juli 2021.

Inggris menempati urutan teratas dan diikuti oleh Belanda, Malaysia, dan Rusia. Barulah kemudian Indonesia, Thailand, Amerika Serikat, dan Israel.

Untuk itu, Luhut pun memohon semua pihak untuk bisa memahami situasi yang terjadi.

"Bahwa varian Delta ini varian yang tidak mudah dikendalikan," kata dia,

Luhut pun juga sempat menyinggung Perdana Menteri Belanda Mark Rutte yang menyampaikan permintaan maaf pada 12 Juli 2021.

"Karena dia setujui lepas masker beberapa waktu lalu, dan sekarang naik seperti ini eksponensial," kata Luhut sampil memperlihatkan grafik kenaikan kasus Covid-19 di Belanda.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini