Bisnis.com, JAKARTA - Teknologi finansial (tekfin/fintech) masih menjadi garda terdepan incaran investor kepada perusahaan rintisan atau startup asal Indonesia.
Berdasarkan catatan Bisnis, sepanjang semester I/2021 setidaknya terdapat 25 transaksi pendanaan yang melibatkan startup fintech dari sekitar 50 transaksi pendanaan kepada seluruh startup yang beroperasi di Tanah Air, yang notabene turut diramaikan klaster populer seperti marketplace & e-commerce, software as a service (SaaS), logistik, agritech, dan ed-tech.
Beberapa di antaranya berupa pendanaan lini kredit bagi para fintech keuangan dan pembiayaan yang terbilang telah matang, lainnya berupa ronde pendanaan untuk permodalan, mulai dari Seed funding sampai Series-B.
Salah satu yang paling mencolok, yaitu pendanaan lini kredit dari perusahaan investasi asal Chicago, Amerika Serikat, Victory Park Capital Advisors, LLC (VPC) kepada PT FinAccel Finance Indonesia atau Kredivo sebesar US$100 juta. Pendanaan lini kredit ini merupakan kali kedua yang VPC berikan ke Kredivo, dengan jumlah serupa yang sebelumnya diresmikan pada Juli 2020. Alhasil, lewat top-up terbaru ini, VPC telah mempercayakan lini kredit kepada Kredivo dengan total mencapai US$200 juta.
Di samping Kredivo, fintech berbasis peer-to-peer (P2P) lending PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) juga mencolok karena turut 'panen pendanaan' pada periode 2021 ini, yaitu dua fasilitas lini kredit dan ronde pendanaan barunya di Series C.
Pertama, dana segar dari perusahaan investasi asal AS, Lendable Inc, untuk ikut menyalurkan modal usaha senilai USD50 juta atau sekitar Rp696 miliar di awal tahun. Pendanaan ini berkaitan kampanye '2X Challenge', salah satu kampanye lembaga keuangan dunia untuk menyalurkan pembiayaan kepada pelaku usaha wanita.
Kedua, Amartha kembali memperoleh pendanaan dari luar negeri mencapai US$7,5 juta atau setara dengan Rp107 miliar, kali ini dari Norwegian Investment Fund for Developing Countries atau Norfund pada Juni 2021.
Selain debt-fund, tepat pada hari jadinya ke-11 Amartha juga menerima putaran pendanaan baru senilai US$28 juta atau setara dengan Rp405 miliar.
Pendanaan ini dipimpin oleh Women’s World Banking Capital Partners II (WWB) bersama dengan MDI Ventures, serta didukung investor lama Amartha yang melakukan follow on funding dari pendanaan sebelumnya, di antaranya Mandiri Capital Indonesia dan UOB Venture Management.
Selain mendapatkan suntikan dana jumbo dari luar negeri, Amartha juga mendapatkan pendanaan lokal dari kerja samanya dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di beberapa titik lokasi, sebagai pendana institusi untuk mengakomodasi peminjam Amartha di wilayah sekitar operasional para BPR tersebut.
Beberapa fintech lain yang turut mendapatkan debt funding di paruh 2021 ini, antara lain PT Alami Fintek Sharia atau ALAMI (US$20 juta) dari AC Ventures, Golden Gate Ventures, dan Quona Capital, serta PT Pinduit Teknologi Indonesia atau Pintek (US$21 juta) dari Accial Capital.
Beralih dari fintech klaster lending, beberapa nama fintech besar yang bergerak klaster investasi turut menghiasi jajaran top disclosed funding startup fintech selama semester I/2021.
Ajaib Group, besutan perusahaan sekuritas PT Ajaib Sekuritas Asia dan agen penjual efek reksa dana PT Takjub Teknologi Indonesia meraup pendanaan pertama pada putaran Series A senilai US$25 juta pada Januari 2021, kemudian US$65,5 juta pada Maret 2021. Ajaib Group menutup putaran pendanaan Series A dengan nilai US$90 juta atau sekitar Rp1,29 triliun, yang menjadi pendanaan Series A terbesar se-Asia Tenggara dalam sejarah.
Investor yang terlibat, di antaranya Ribbit Capital, Y Combinator Continuity, ICONIQ Capital, Bangkok Bank PLC, Horizons Ventures, Softbank Ventures Asia, Alpha JWC Ventures dan Insignia Ventures, serta pendiri fintech ternama, seperti David Velez dari Nubank dan SG Lee dari Toss.
Salah satu pesaing Ajaib di klaster fintech APERD, yaitu PT Bibit Tumbuh Bersama atau Bibit (Bibit.id), pun mendapatkan dua kali dana segar, tepatnya US$65 juta untuk putaran Series B pada Mei 2021, setelah menutup Series A di angka US$30 juta pada Januari 2021.
Dalam upayanya naik kelas ke startup Series B pada semester I/2021 ini, platform ini tampak tetap menjadi salah satu 'anak emas' dari Sequoia Capital India, diikuti oleh Prosus Ventures, Tencent dan Harvard Management Company. Investor yang sebelumnya telah mendukung Bibit pada Series A seperti AC Ventures dan EV Growth juga terlibat.
Adapun, Pluang besutan PT Bumi Santosa Cemerlang mendapatkan pendanaan Pre-Series B sebesar US$20 juta dari Openspace Ventures, bersama dengan investor yang terlibat di pendanaan sebelumnya seperti Go-Ventures.
Bergeser ke klaster fintech pembayaran, platform payment gateway Xendit besutan PT Sinar Digital Terdepan diguyur dana yang tak kalah fantastis, tepatnya senilai US$64,6 juta dalam pendanaan Series B yang dipimpin modal ventura global Accel.
Pendanaan lain dengan nominal tercatat salah satunya diterima platform investasi dan pengelola keuangan FUNDtastic di putaran Series A (US$7,7 juta) dari Ascend Capital Group bersama Indivara Group dan jajaran investor lainnya, serta platform pinjaman pendidikan Dana Cita lewat induknya ErudiFi yang juga di putaran Series A (US$5 juta) dari Monk’s Hill Ventures dan Qualgro.
Adapun, platform akses 'upah instan' atau kasbon Wagely, mendapstksn dana segar di tahap seed stage (US$5,6 juta) dipimpin Integra Partners atau Dymon Asia Ventures), kemudian Asian Development Bank (ADB) Ventures, PT Triputra Investindo Arya, Global Founders Capital, Trihill Capital, 1982 Ventures, dan angel investor Willy Suwandi Dharma.
Pesaing Wagely, yaitu GajiGesa juga mendapatkan dana segar dari putaran seed funding senilai US$2,5 juta. Sementara platform securities crowdfunding (SCF) Bizhare menyelesaikan pendanaan Pre-Series A senilai US$520 ribu.
Marketplace asuransi PasarPolis turut meramaikan jajaran fintech yang mendapatkan pendanaan, tepatnya US$5 juta dari International Finance Corporation (IFC), institusi keuangan di bawah naungan World Bank yang fokus pada percepatan inklusi dan literasi keuangan di berbagai negara berkembang.
Beberapa platform fintech yang terlibat undisclosed funding pada semester I/2021 ini, antara lain platform transfer dana Transfez, fintech open banking Brick, platform open finance sekaligus credit scoring Finantier, dompet digital pelat merah LinkAja, fintech P2P lending Modal Rakyat, serta grup fintech platform aggregator sekaligus perencanaan keuangan Cermati.
Sebagai perbandingan, berdasarkan laporan DSinnovative Startup Report 2020, transaksi funding oleh modal ventura lokal maupun internasional kepada startup asal Indonesia selama 2020 mencapai 113 transaksi, dengan nilai dari 50 di antaranya yang diungkap mencapai US$3,3 miliar, naik dari disclosed funding pada 2019 yang mencatatkan US$2,96 miliar.
Dari total transaksi tersebut, jenis platform fintech menjadi yang terbanyak dengan 18 transaksi, disusul SaaS sebanyak 17 transaksi, e-commerce sebanyak 11 transaksi, ed-tech dan new retail masing-masing 10 transaksi, logistik 8 transaksi, dan lain-lain seperti big data, online media, aquatech, online travel agency, sampai energi dan healthtech.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel