Limbah Makanan Dunia 2,5 Miliar Ton Setahun, Dua Kali Lipat Perkiraan Sebelumnya

Bisnis.com,21 Jul 2021, 10:07 WIB
Penulis: Reni Lestari
Sidak makanan dan minuman kedaluarsa/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Lebih dari 2 miliar ton makanan terbuang di seluruh dunia dalam satu tahun, hampir dua kali lipat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Laporan World Wildlife Fund dan Tesco Plc. memperkirakan 2,5 miliar ton makanan hilang di pertanian atau terbuang dari peritel dan konsumen secara global, terhitung sekitar 40 persen dari produksi.

Angka tersebut melampaui perkiraan sebelumnya sekitar 1,2 miliar ton, dengan pertanian di negara-negara kaya menjadi pelaku yang lebih besar dari yang diperkirakan.

Para peneliti selama bertahun-tahun telah mencoba mengumpulkan data tentang tingkat sebenarnya dari limbah makanan, yang menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim menyumbang sebanyak 10 persen dari emisi gas rumah kaca global.

Analisis komprehensif terakhir dari total kerugian dan limbah dari pertanian hingga piring konsumen dilakukan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2011 dan mematoknya sekitar 33 persen.

"Masalahnya mungkin lebih besar dari yang kita duga. Kami telah mengetahui selama bertahun-tahun bahwa kehilangan dan pemborosan makanan adalah masalah besar yang dapat diminimalkan, yang pada gilirannya dapat mengurangi dampak sistem pangan terhadap alam dan iklim," kata Pete Pearson, pemimpin global untuk kehilangan dan pemborosan makanan di WWF, dalam sebuah pernyataan, dilansir Bloomberg, Rabu (21/7/2021).

Laporan baru, yang mengacu pada penelitian dari FAO, menunjukkan bahwa sekitar 1,2 miliar ton makanan hilang di pertanian dalam kuantifikasi pertama dari total kehilangan makanan di pertanian sejak 2011. Itu di atas 931 juta ton yang terbuang di ritel dan tingkat konsumsi seperti yang diperkirakan oleh Program Lingkungan PBB awal tahun ini.

Berlawanan dengan asumsi sebelumnya bahwa hilangnya pangan di pertanian merupakan masalah terutama untuk daerah yang lebih miskin, laporan tersebut menunjukkan bahwa negara-negara berpenghasilan tinggi dan menengah di Eropa, Amerika Utara, dan Asia industri menyumbang 58 persen dari limbah panen global.

Laporan tersebut meminta pemerintah dan perusahaan makanan untuk mengadopsi apa yang disebut pendekatan Target-Measure Act untuk mengurangi masalah.

Di bawah strategi tersebut, bisnis menetapkan target pengurangan limbah makanan, mengukur dan melaporkan surplus dan limbah dan mengambil tindakan dalam operasi mereka dan dari pemasok dan konsumen.

Sejauh ini, hanya 11 dari 192 rencana iklim nasional dalam kesepakatan iklim Paris yang menyebutkan kehilangan dan pemborosan pangan. Kebanyakan dari mereka berasal dari negara-negara Afrika yang menangani kerugian pasca panen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadi Kardoko
Terkini