Pertamina Geothermal Berpotensi jadi Induk Holding Panas Bumi

Bisnis.com,26 Jul 2021, 18:27 WIB
Penulis: Muhammad Ridwan
Pengecekan rutin pembangkit listrik tenaga panas bumi milik PT Pertamina Geothermal Energy. /JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Dengan potensi dan pengalaman yang besar, PT Pertamina Geothermal Energy tampaknya menjadi kandidat potensial yang akan dipilih untuk memimpin induk holding panas bumi perusahaan pelat merah.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I Pahala Mansury mengatakan pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi diharapkan dapat meningkat hingga dua kali lipat kapasitasnya dari yang terpasang saat ini 1,2 gigawatt (GW) menjadi 2,5 GW dalam kurun waktu lima tahun ke depan.

Perlu adanya pengembangan dari wilayah kerja panas bumi eksisting dan juga eksplorasi baru untuk bisa merealisasikan rencana itu. Oleh karena itu, investasi dalam skala besar diperlukan untuk bisa mencapai target tersebut.

"Tantangan karena kebutuhan dari paling besar adalah pengembangan lebih lanjut. Kajian siapa yang menjadi holding didasarkan atas dasar tersebut, saat ini kelihatannya yang paling potensial menjadi holding adalah PGE, tapi ini kita diskusikan terus dengan PLN dan Kemenkeu mengenai finalnya seperti apa," katanya dalam acara Green Summit 2021, Senin (26/7/2021).

Pahala menuturkan bahwa pada prinsipnya pembentukan holding adalah perusahaan yang akan dilebur menjadi satu dalam holding panas bumi nantinya akan dimiliki bersama-sama antara PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), maupun Kementerian Keuangan.

Selain pembentukan holding, untuk meningkatkan kontribusi dari sektor panas bumi, Kementerian BUMN berencana untuk membawa Pertamina Geothermal Energy ke pasar modal untuk menggelar penawaran umum perdana saham.

"Kita di tahun ini memiliki rencana untuk bisa IPO   PGE sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di panas bumi," ungkapnya.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi berpendapat, apabila PGE akan memimpin holding panas bumi maka akan berdampak kepada turunnya kinerja keuangan PLN utamanya debt to asset ratio PLN.

Menurut dia, apabila holding tersebut dipimpin oleh PGE, maka PLN harus menyerahkan asset  dari PLN Gas dan Geothermal (G&G), PT Indonesia Power (IP) dalam jumlah besar, yang akan menjadi milik PGE.

Fahmy menambahkan, PLN merupakan risk taker dan satu-satunya pembeli listrik dari PLTP yang akan dibangun oleh holding panas bumi. Selain itu, PLN dinilai lebih berpengalaman dalam membagun dan pengoperasikan Pembangkit Listrik.

"Dalam pembentukan holding BUMN geothermal itu selayaknya PLN yang menjadi pimpinan holding, bukan Pertamina," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini