Bisnis.com, SURABAYA - Penolakan warga atas keberadaan rumah sehat sebagai tempat isolasi mandiri warga terpapar Covid-19 di sejumlah wilayah Kota Surabaya, Jawa Timur, karena faktor ketakutan tertular virus corona.
"Intinya mereka tidak mau kampungnya ditempati untuk isolasi mandiri. Salah satunya karena faktor ketakutan," kata salah satu tokoh agama sekaligus Ketua Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) Gubeng Chusaini di Surabaya, Senin (26/7/2021).
Chusaini mencontohkan warga di Kelurahan/Kecamatan Gubeng sebelumnya menolak gedung SDN Gubeng I/204 digunakan sebagai tempat isolasi. Namun, penolakan ini bukan berarti menolak program rumah sehat, tapi karena pemilihan lokasinya yang berada di tengah perkampungan padat penduduk.
Apalagi, lanjut dia, akses keluar masuk untuk kendaraan di wilayah tersebut juga dinilai kurang mendukung, sehingga warga kemudian mengajukan beberapa opsi tempat lain untuk dijadikan sebagai rumah sehat.
Warga bersama Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Gubeng akhirnya menyepakati rumah sehat ditempatkan di aset milik Pemkot Surabaya yang berada di Jalan Nias No. 110 Surabaya.
Dukungan terhadap penyediaan rumah sehat juga ditunjukkan oleh warga Kelurahan Gading, Kecamatan Tambak Sari, Surabaya. Tidak hanya itu, dukungan yang sama juga disampaikan Ketua RW V, Kelurahan Sumberrejo, Kecamatan Pakal Surabaya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sebelumnya mengatakan, sebenarnya Rumah Sehat didirikan di tingkat RW. Namun, karena keterbatasan tempat dan jumlah satgasnya, maka terbentuklah di tingkat kelurahan dengan memanfaatkan fasilitas umum sebagai lokasi isolasi mandiri.
Relawan Surabaya Memanggil diajak ikut mensosialisasikan pentingnya Rumah Sehat atau tempat isolasi mandiri yang disiapkan setiap kelurahan dengan tujuan untuk menampung warga yang terpapar Covid-19 berstatus tanpa gejala. Program ini untuk pencegahan penularan klaster keluarga.
Rumah Sehat yang dimaksud ini bukanlah seperti rumah sakit pada umumnya. Rumah Sehat ini khusus bagi warga yang terpapar dengan kondisi tanpa gejala yang hanya pasiennya hanya dari satu lokasi kelurahannya saja. Tujuannya, agar puskesmas maupun para satgas dapat melakukan kontrol lebih mudah dan terarah, sehingga masyarakat diharapkan segera lekas pulih.
Merujuk data Pemprov Jatim, kasus konfirmasi Covid-19 di Kota Pahlawan bertambah 713 orang per Minggu (25/7/2021). Sembuh sebanyak 1.658 orang dan meninggal 27 orang. Kasus aktif berkurang 972 orang sehingga tersisi 10.550 orang.
Bila diperinci, dari 713 orang terkonfirmasi, sebanyak 638 orang bergejala dan 75 orang tanpa gejala. Dari sumber penularan, dari 713 orang, 75 orang kontak erat, 638 orang tanpa riwayat perjalanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel