Bisnis.com, JAKARTA -- Bisnis transaksi perbankan mengalami pertumbuhan yang pesat pada periode digitalisasi ini. Namun, pendapatan dari bisnis transaksi digital tetap tidak mampu menyaingi pendapatan penyaluran kredit yang memberi margin.
Wakil Presiden Direktur BCA Suwignyo Budiman mengakui perseroan mendapat pendapatan fee yang lumayan dari bisnis transaksi baik di ATM maupun di berbagai aplikasi digital.
Kendati demikian, pendapatan yang dihasilkan belum mampu melampaui investasi infrastruktur, modal pengembangan aplikasi, dan beban pengembangan sumber daya manusia yang besar.
"Pendapatannya ada, tetapi tidak mampu melampaui investasi yang telah kami alokasikan. Kami menganggap bisnis ini hanya sekadar pelayanan bagi nasabah," sebutnya, Minggu (25/7/2021).
Secara garis besar, dia menyampaikan perbankan nasional tetap sangat mengandalkan pendapatan bunga kredit untuk dapat mempertahankan bisnis dan mencetak laba.
Namun, penyaluran kredit perbankan tetap tidak dapat dilakukan serampangan karena menyangkut kepercayaan nasabah.
"Jadi, tetap saja tidak ada istilah bank malas menyalurkan kredit. Bahkan bank bisa sengsara kalau kredit tidak tumbuh, karena dia juga punya beban dana yang selalu dibayar," sebutnya.
Adapun, BCA tidak melakukan revisi target pertumbuhan kredit tahun ini, meski penerapan PPKM Darurat mengganggu penyaluran kredit. Sesuai dengan rencana bisnis bank, pertumbuhan kredit diproyeksi di kisaran 4-6 persen.
PPKM Darurat membuat penyaluran kredit melambat. Hal ini tampak dari penyaluran kredit konsumen, yang sebelumnya telah menunjukan tanda-tanda perbaikan pada awal tahun ini.
Sebelumnya, Direktur Vera Eve Lim menyampaikan BCA tidak melakukan revisi pertumbuhan kredit, sehingga target kredit masih sesuai dengan rencana bisnis bank.
"Arahan kami pertumbuhan tidak jauh beda di kisaran 4-6 persen untuk tahun ini. Kami lihat kondisinya kalau membaik, kami yakin permintaan kredit akan cepat dan demand tumbuh kembali," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel