Thailand Kritis, Parkiran Pun Dijadikan Pusat Perawatan Covid-19

Bisnis.com,28 Jul 2021, 08:04 WIB
Penulis: John Andhi Oktaveri
Petugas kesehatan masyarakat membawa tes usap penyakit virus corona (COVID-19) kepada warga yang tinggal di daerah terpencil, di tengah naiknya jumlah infeksi penyakit virus corona, di Samut Prakan, dekat Bangkok, Thailand, Senin (19/7/2021)./Antara Foto/Reuters-Soe Zeya Tun

Bisnis.com, JAKARTA - Wabah Covid-19 yang memburuk di Thailand memberikan tekanan kuat pada rumah sakit sehingga memaksa dokter merawat pasien di tempat parkir dan menolak pasien lainnya yang sakit parah.

Di media sosial, antrean panjang orang terlihat mengantri di tempat parkir dan area tenda di lokasi pengujian Covid-19 di Bangkok. Di pusat pengujian drive-thru di wilayah Nakhon Pathom, barisan mobil membentang sejauh 1 km di luar rumah sakit, menurut laporan oleh sura kabar Matichon seperti dikutip TheGuardian.com, Rabu (28/7/2021).

Kelompok sukarelawan Sai Mai Tongrot melihat peningkatan tajam dalam permintaan bantuan. Awal Juni lalu kelompok hanya menerima sekitar 30 panggilan setiap hari, tetapi sekarang telah meningkat menjadi 200. Kelompok itu menyediakan pasokan medis untuk orang-orang di rumah mereka, seperti alat monitor oksigen dan tangki.

Pasien dengan penyakit berat dibawa ke rumah sakit, namun ada juga yang ditolak masuk, kata Ekapob. “Mungkin ada dua dari 10 kasus yang tidak bisa dibawa oleh rumah sakit karena tidak ada tempat tidur dan mereka meninggal di rumah,” katanya.

Sebelumnya Thailand dipuji secara luas atas respons yang baik terhadap wabah Covid-19 ketika mampu mempertahankan status sebagai negara dengan kasus terendah di dunia.

Akan tetapi, ada kemarahan publik yang meningkat atas penanganan pandemi oleh pemerintah baru-baru ini, termasuk kampanye vaksinasi yang lambat dan kacau.

Sementara itu, gelombang ketiga dimulai pada April, ketika infeksi mulai menyebar di tempat-tempat hiburan malam Bangkok, termasuk klub-klub yang populer di kalangan pengusaha kaya. Sejak itu, kasus telah menyebar di penjara, pabrik, lokasi konstruksi dan daerah padat penduduk di ibu kota.

Dalam waktu sekitar empat bulan, total kematian di negara itu telah meningkat dari kurang dari 100 menjadi 4.146. Beberapa di antaranya meninggal di rumah mereka karena tidak ada tempat tidur rumah sakit yang tersedia, menurut relawan medis.

Sebagian lainnya meninggal di jalan-jalan Bangkok, termasuk satu orang yang mayat ditinggalkan di trotoar selama berjam-jam minggu lalu yang memicu kemarahan publik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Oktaviano DB Hana
Terkini