PREMIUM WRAP UP: PBRX Bersiasat Pangkas Tumpukan Utang, Indeks LQ45 Bersolek & Kerja Sama Google-GoTo

Bisnis.com,28 Jul 2021, 21:03 WIB
Penulis: Asteria Desi Kartika Sari
Proses penjahitan produk tekstil di pabrik PT Pan Brothers Tbk. /panbrotherstbk.com

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tekstil, PT Pan Brother Tbk. akhirnya keluar dari daftar hitam otoritas bursa. Kondisi itu dipicu oleh keputusan Pengadilan Niaga (PN) Jakarta Pusat menolah permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang diajukan oleh PT Maybank Indonesia Tbk. (BNII).

Menurut keterangan Bursa Efek Indonesia (BEI), sebelumnya emiten dengan kode saham PBRX tersebut  masuk ke dalam kriteria poin kedelapan efek pemantauan khusus atau dimohonkan untuk PKPU atau pailit.

 

  1. Putar Otak Pan Brother (PBRX) Pangkas Tumpukan Utang

Hal ini bukan hal kali pertama PBRX terjerat kasus hukum. Pada pengujung Juni 2021, Pengadilan Tinggi Singapura juga mengabulkan permohonan moratorium permohonan PKPU terhadap perusahaan tersebut dan entitas-entitas anaknya.

Lewat keterbukaan informasinya, manajemen PBRX mengatakan akan terus mengambil langkah bisnis terbaik seiring adanya penolakan PKPU ini.

Selengkapnya baca di sini.

 

  1. Indeks LQ45 Bersolek, Emiten Mana yang Mampu Rebut Hati Investor Ritel?

Ketertarikan investor khususnya ritel terhadap saham-saham yang bergerak dengan ditopang sentimen membuat sinar Indeks LQ45 redup. 

Berdasarkan data PT Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga Selasa (27/7/2021), kinerja Indeks LQ45 masih terpaut jauh dari indeks harga saham gabungan (IHSG) secara year to date (ytd).

Sampai dengan penutupan sesi kemarin, LQ45 masih berjibaku di zona merah dengan koreksi 10,38 persen. Padahal, IHSG masih bertahan di zona hijau dengan naik 1,97 persen sepanjang periode berjalan 2021.

Selengkapnya baca di sini.

 

  1. Rencana IPO GoTo dan 'Pertolongan' dari Google

Sejumlah rencana entitas merger Gojek dan Tokopedia yakni GoTo perlahan terus terkuak. Di antaranya terkait strategi ekspansi ke Asia Tenggara dan rencana IPO di Indonesia serta AS.

Secara perlahan, informasi detail mengenai rencana aksi penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) GoTo mulai terkuak. Di sisi lain, GoTo pun tampak cukup agresif untuk memacu ekspansinya di luar negeri, terutama Asia Tenggara. 

GoTo Group dikabarkan tengah berdiskusi dengan para investor untuk meraih dana hingga US$ 2 miliar melalui aksi penawaran umum perdana atau IPO di Indonesia dan AS. Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (27/7/2021), entitas bisnis yang merupakan penggabungan Gojek dan Tokopedia ini telah memulai usaha penggalangan dana dengan target US$1 miliar hingga US$2 miliar.

Selengkapnya baca di sini.

 

  1. Kinerja Cemerlang, Mengapa Saham Sido Muncul (SIDO) Masih Kemurahan?

Lama tak kedengaran gaungnya, saham emiten jamu dan farmasi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) jadi buruan para investor pada awal perdagangan saham pada Rabu (28/7/2021). 

Pada perdagangan sesi pertama, harga saham SIDO langsung menanjak 5,23 persen dari posisi pembukaan ke level Rp805 per saham. Menariknya, kendati jadi buruan, secara tahun berjalan alias year-to-date (ytd), pergerakan harga saham SIDO belum terlihat istimewa. Dari banderol awal tahunnya yang senilai Rp795 per saham, SIDO baru melalui akumulasi penguatan 1,26 persen.

Padahal, secara bisnis, rapor yang dibukukan perusahaan ini tidak main-main. Mengacu laporan keuangan terkini yang telah dirilis, sepanjang semester I/2021, Sido Muncul telah membukukan penjualan Rp1,65 triliun alias naik 13,36 persen dari realisasi penjualan Rp1,45 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Selengkapnya baca di sini.

 

  1. Menghitung Efek IPO Anak Usaha terhadap Krakatau Steel

PT Krakatau Steel Tbk. (KRAS) mencatat setidaknya terdapat empat investor strategis telah masuk pada tahap non-binding offer untuk mengakuisisi sebagian saham subholding PT KSI. Target saham yang dilepas bisa mencapai 40 persen. 

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, sejauh ini investor yang beminat mengambil sebagian saham KSI adalah Indonesia Investment Authority (INA), PT Danareksa (Persero), PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF), dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). 

Dia mengatakan peminat saham KSI juga ada yang berasal dari sektor swasta. Mengenai detail perusahaan ini, Silmy enggan menjawab lantaran pihak yang bersangkutan minta supaya tak diungkap ke publik.

Selengkapnya baca di sini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yustinus Andri DP
Terkini