IMF Pangkas Proyeksi dan Sebut Indonesia Paling Menderita, Ini Komentar Kemenkeu

Bisnis.com,28 Jul 2021, 12:49 WIB
Penulis: Jaffry Prabu Prakoso
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu dalam Dialogue KiTa, Jumat (2/10/2020)/ Jaffry Prakoso-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan world economic outlook memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 3,9 persen dari 4,3 persen pada April. Tanah Air juga disebut paling menderita di antara G20 karena tertinggal dalam pelaksanaan vaksinasi.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu mengatakan bahwa pemulihan ekonomi global terjadi secara tidak merata. Penyebabnya situasi pandemi, kecepatan vaksinasi, dan dukungan stimulus ekonomi.

Indonesia menjadi negara yang terdampak negatif atas hal tersebut. Proyeksi yang dipangkas tersebut sejalan dengan revisi prediksi pemerintah, yakni dalam rentang 3,7 persen sampai 4,5 persen. 

Dengan kondisi yang ada, Febrio menilai Indonesia akan terus mengambil manfaat dari prospek ekonomi global yang masih kondusif, sembari terus mewaspadai risiko-risiko yang ada.

Permintaan produk ekspor yang diperkirakan masih baik seiring solidnya proyeksi pertumbuhan global menjadi peluang untuk terus mendorong kinerja manufaktur di 2021.

Untuk itu, strategi Indonesia ke depan akan terus fokus pada upaya pengendalian pandemi, melindungi kesejahteraan masyarakat dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, serta terus meningkatkan daya saing.

Dengan adanya ancaman dari varian Delta, pemerintah terus memperkuat kebijakan di sisi kesehatan dan perlindungan sosial. Ini direspons melalui perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masuarakat (PPKM) level 4. hingga 2 Agustus 2021.

Untuk membantu masyarakat terdampak di tengah penerapan kebijakan PPKM, APBN hadir memberi perluasan perlindungan sosial dan dukungan bagi UMKM, yang diiringi upaya percepatan penyalurannya.

Dengan kembali meningkatnya tren kasus harian global, semua negara tidak boleh lengah dan harus terus mewaspadai penyebaran Covid-19.

Febrio mengungkapkan bahwa Indonesia harus dapat belajar dari pengalaman berbagai negara dalam kurun waktu 1,5 tahun terjadinya pandemi. Pemulihan akan terjadi apabila diiringi dengan penanganan kesehatan yang tepat.

“Pandemi Covid-19 memberikan ketidakpastian yang sangat tinggi terhadap ekonomi. Kita perlu sangat hati-hati dan terus menjaga disiplin pada protokol kesehatan. Kita juga belajar bahwa akselerasi vaksinasi menjadi salah satu kunci utama pengendalian kasus,” katanya dikutip dari keterangan pers, Rabu (28/7/2021).

Sementara terkait vaksinasi yang disebut IMF sebagai penyebab menderita, Indonesia saat ini menargetkan untuk mendorong vaksinasi harian di tingkat 1,5 juta dosis dan akan terus ditingkatkan secara gradual.

Hingga 27 Juli, total kumulatif vaksin yang telah diberikan pada masyarakat mencapai 63,94 juta dosis. Pemerintah juga telah memastikan bahwa jumlah vaksin tersedia agar percepatan vaksinasi dapat dilaksanakan sesuai target.

Ke depan, Negara akan tetap bekerja keras untuk terus melakukan percepatan vaksinasi agar pelaksanaannya konsisten sesuai dengan target yang ditetapkan.

“Melalui kebijakan pengetatan serta berbagai upaya yang dilakukan di bidang kesehatan, Indonesia diharapkan dapat mengatasi lonjakan pandemi Covid-19, sehingga proses pemulihan ekonomi pun dapat berjalan dengan baik,” jelas Febrio.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini