Bisnis.com, JAKARTA - Kehadiran holding Ultra Mikro yang melibatkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) dinilai mampu membuat ekosistem pembiayaan lebih kompetitif.
Hal itu diungkapkan pengamat ekonomi dan perbankan Ryan Kiryanto. Dia pun mengatakan langkah strategis tersebut akan mendongkrak potensi sumber pertumbuhan baru bagi ketiga perseroan di masa yang akan datang.
Ryan yang juga Staf Ahli Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berpendapat pelaku usaha di segmen ultra mikro saat ini membutuhkan dukungan yang masif dari pelaku industri jasa keuangan besar dan formal agar mampu bertahan di masa pandemi.
Di sisi lain BRI, Pegadaian dan PNM sebagai perusahaan pelat merah yang dikenal fokus pada pemberdayaan usaha masyarakat kecil membutuhkan sumber-sumber pertumbuhan baru.
Dengan demikian holding menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan. Selain itu menurutnya, holding akan mampu memberi dukungan pembiayaan lebih murah bagi pelaku usaha UMi dan UMKM. "Holding ini adalah rencana yang sangat bagus. Kalau saya melihat iklim kompetisi ini menjadi lebih baik," kata Ryan dalam keterangan resmi, Rabu (28/7/2021).
Pada 22 Juli lalu, BRI menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk mendapatkan persetujuan melakukan aksi korporasi rights issue dengan mekanisme Penambahan Modal Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD). Aksi korporasi rights issue tersebut mendapat persetujuan dari mayoritas pemegang saham BRI.
Terkait itu, Ryan pun menjelaskan holding secara natural akan lebih masif meningkatkan pembiayaan ke segmen usaha ultra mikro. Pasalnya, holding mendapat penugasan dari pemerintah untuk meningkatkan porsi pembiayaan UMKM sekaligus mendorong inklusi keuangan.
BRI sebagai perusahaan induk holding yang memiliki modal dan likuiditas kuat, dinilai akan mampu mendorong kinerja Pegadaian juga PNM lebih maksimal sehingga ketiga perseroan akan optimal dalam menggarap potensi sumber pertumbuhan baru.
Harapannya, kata dia, usaha ultra mikro akan naik kelas menjadi mikro, kecil maupun menengah. Peningkatan usaha itu, akan lebih kuat jika hadir ekosistem yang kuat dan mendukung. Pendanaan yang lebih luas dan integrasi bisnis ketiga perseroan pun membuat proses pendampingan terhadap pelaku usaha menjadi lebih baik.
Namun di luar itu, dia berpendapat hadirnya holding sekaligus mendorong pelaku jasa keuangan non-holding agar lebih agresif dan kompetitif dalam memberi pelayanan pada pelaku usaha UMi dan UMKM ke depan.
Lembaga keuangan formal seperti BPR, koperasi, maupun lembaga keuangan mikro lainnya akan terdorong kinerjanya. Ekspansi holding akan membuat pelaku jasa keuangan tersebut lebih kompetitif dalam memberi pembiayaan dan pendampingan.
"Dan tetap berkompetisi secara adil. Karena peran BPR, koperasi dan lembaga jasa keuangan lain tetap kuat karena telah memiliki ekosistem dan kemampuan pemberdayaan sendiri yang kuat. Tapi mereka akan lebih ekspansif, dan adopsi digital juga," imbuhnya.
Senada dengan Ryan, pelaku ekonomi di sektor koperasi optimistis holding ultra mikro akan mendongkrak perkembangan usaha di segmen mikro agar pulih dari dampak pandemi. Selain itu langkah strategis dari pemerintah tersebut diyakini pula mampu mengangkat peran koperasi.
Ketua Umum Asosiasi Manajer Koperasi Indonesia (AMKI), Sularto menilai koperasi akan mampu berkolaborasi dengan holding ultra mikro untuk pemberdayaan yang lebih besar di sektor usaha masyarakat kecil. "Kalau kami justru berpendapat potensi kolaborasi itu lebih besar. Dan memang kolaborasi inilah yang kami harapkan. Bagaimana pun banyak kekuatan yang bisa digabungkan," katanya.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM dari 62 juta unit usaha ultra mikro dan mikro, sekitar 30 juta di antaranya masih belum mampu mengakses pembiayaan formal baik dari perbankan, lembaga jasa keuangan non-bank, juga koperasi.
Terpisah, ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede sebelumnya mencermati manfaat besar hadirnya holding UMi bagi pelaku usaha kecil maupun masing-masing perseroan.
"Dengan konsolidasi ini, diharapkan pool of fund menjadi semakin besar, sehingga mendorong penurunan cost of fund dari pembiayaan UMKM. Menurunnya cost of fund kemudian akan mampu menekan bunga yang diberikan, sehingga para pelaku UMKM dapat memiliki pendanaan yang lebih murah," ujarnya.
Josua melanjutkan dengan konsolidasi ketiga BUMN tersebut akan mampu membuat ekosistem yang lebih terintegrasi sehingga akses layanan jasa keuangan lebih mudah. Dengan demikian, implikasinya sangat positif.
Dia menilai sinergi ketiga perusahaan pemerintah tersebut akan mendukung konsolidasi data debitur mikro secara nasional, sehingga masing-masing perseroan dapat menjaga risiko kredit. Di sisi lain, langkah strategis pemerintah ini dapat menumbuhkan usaha baru di segmen wong cilik.
"Dengan demikian, data debitur lebih terintegrasi dan pengelolaan risiko kredit pun diharapkan akan tetap terjaga. Bahkan, dapat menangkap banyak potensi pertumbuhan baru di segmen mikro," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel