Mata Uang Asia Mayoritas Dibuka Menguat, tapi Rupiah di Zona Merah

Bisnis.com,28 Jul 2021, 09:23 WIB
Penulis: Dhiany Nadya Utami
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah kembali dibuka pada teritori negatif pada awal perdagangan Rabu (28/7/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah di level 14.495. Adapun sebelumnya rupiah mengakhiri perdagangan dengan terdepresiasi 0,07 persen menjadi di posisi 14.492,50.

Sementara itu mayoritas mata uang Asia lainnya terpantau menghijau seperti yuan China dan peso Filipina yang naik 0,07 persen, ringgit Malaysia yang naik 0,06 persen, dan baht Thailand yang naik 0,05 persen.

Mata uang Garuda hanya ditemani rupee India yang terdepresiasi 0,06 persen dan won Korea Selatan yang turun 0,35 persen.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya menjelaskan, salah satu sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah meningkatnya jumlah kasus positif virus corona di Indonesia. Hal ini menyebabkan pemerintah memperpanjang kebijakan PPKM Level 4 hingga 2 Agustus mendatang.

“Kebijakan ini juga berpotensi diperlakukan selama minimal 12 bulan atau 3 bulan, sampai seluruh masyarakat telah divaksin sehingga sudah dapat berdampingan dengan covid-19. Dari situ, pemerintah baru merubah PPKM dari level 4 ke level 3 dan seterusnya,” jelasnya.

Untuk menopang PPKM Level 4 maka pemerintah menambah anggaran PEN terhadap sektor kesehatan dan kembali melakukan intervensi melalui Bansos, BLT, tunjangan untuk karyawan yang bergaji dibawah UMP serta tunjangan lainnya.

Selain itu guna untuk mensuksekan program vaksinasi, maka Presiden Joko Widodo juga  terus melakukan kunjungan ke berbagai wilayah guna mensosialisasikan agar masyarakat segera di vaksinasi agar bisa membantu program pemerintah.

Dari luar negeri, pelaku pasar memantau pertemuan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), yang berakhir pada hari Rabu. Pelaku pasar memprediksi tidak ada perubahan kebijakan pada pertemuan ini.

Meski demikian, para pedagang akan mencari diskusi tentang waktu penghapusan pembelian obligasi bank sentral serta pemikiran anggota atas tingkat inflasi yang meningkat saat ini.

Sementara itu, risiko dari varian Delta terus meningkat secara global. Ahli Penyakit Menular AS Anthony Fauci mengatakan beberapa orang Amerika mungkin memerlukan suntikan tambahan di tengah mandat masker baru dan lonjakan kasus baru.

China melaporkan jumlah kasus tertinggi sejak akhir Januari, sementara infeksi baru juga melonjak di Jepang, di mana Tokyo saat ini menjadi tuan rumah Olimpiade.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini