Eksportir Kopi Ungkap Kendala Realisasikan Imbal Dagang

Bisnis.com,29 Jul 2021, 18:25 WIB
Penulis: Iim Fathimah Timorria
Berbicara tentang kopi di Kosta Rika berarti tertuju pada teknik chorreador. /roastycoffee.com

Bisnis.com, JAKARTA – Eksportir kopi Indonesia mengungkap sejumlah kendala yang dihadapi pelaku usaha untuk menyertakan komoditas perkebunan ini dalam skema imbal dagang dengan negara mitra.

Kopi tercatat menjadi komoditas yang ditawarkan Indonesia dalam penjajakan imbal dagang dengan mitra dagang seperti Afghanistan dan Rusia. 

Ketua Bidang Kopi Speciality dan Industri Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Moelyono Soesilo mengatakan komoditas kopi sulit disertakan dalam kesepakatan imbal dagang karena harganyanya yang fluktuatif. Gejolak harga ini menimbulkan kekhawatiran soal penjamin nilai produk yang akan dipertukarkan.

“Kalau untuk kopi untuk imbal dagang agak sulit karena harganya fluktuatif. Contohnya dalam beberapa minggu ini, harga untuk kontrak September berfluktuasi sampai 20 persen. Kalau demikian siapa yang menjamin kalau ada selisih harga?” kata Moelyono ketika dihubungi, Kamis (29/7/2021).

Moelyono mengatakan fluktuasi harga kopi bisa berlanjut sampai dua tahun mendatang akibat pasokan yang belum stabil. Dia menyebutkan kondisi ini tidak lepas dari gangguan panen di Brasil, produsen kopi utama dunia.

Mengutip laporan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), produksi kopi arabika Brasil diramal turun 14,7 juta kantong (1 kantong setara 60 kilogram) pada periode 2021/2022 menjadi hanya 35 juta kantong. Cuaca yang tidak mendukung di sentra produksi diyakini memengaruhi hasil produksi pada periode ini.

Selain harga yang tidak menentu, Moelyono mengatakan eksportir kopi Indonesia cenderung telah memiliki pembeli (buyer) atau mitra spesifik di negara tujuan ekspor. Hal ini tidak terlepas dari kualitas kopi yang mengikuti permintaan dari pembeli.

“Untuk kopi tidak bisa langsung dikirim ke pembeli lain karena belum tentu semua membutuhkan kopi dengan standar yang ada, pembelinya spesifik. Jadi misalnya kita punya pembeli kopi specialty, volume yang diminta biasanya kecil. Namun yang komersial mutu menengah dan volume besar. Kriteria belum tentu sama,” papar Moelyono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini