Bisnis.com, JAKARTA - Hingga ini, perusahaan rintisan atau startup dari sektor teknologi finansial (tekfin/fintech) di Indonesia yang berhasil menyentuh status unikorn atau memiliki valuasi US$1 miliar hanya satu platform. Lalu, siapa selanjutnya?
Seperti diketahui, fintech berstatus unikorn tersebut bernama OVO (PT Visionet Internasional), platform fintech klaster pembayaran elektronik & dompet digital besutan Lippo Group.
Unikorn lainnya, bukan termasuk fintech karena tidak lahir dan tumbuh besar lewat lini bisnis utamanya sebagai penyedia layanan jasa keuangan, walaupun memiliki layanan finansial di dalam platform-nya atau bisnisnya berkaitan erat dengan layanan finansial.
Lalu, siapa deretan fintech yang kandidat startup unikorn selanjutnya?
Laporan DSinnovative Startup Report 2020 sempat menggambarkan 43 platform yang masuk daftar startup yang telah berstatus 'centaur' atau memiliki valuasi US$100 juta sampai US$999 juta, di mana 17 di antaranya berasal dari sektor fintech.
PT FinAccel Finance Indonesia atau Kredivo, fintech berbasis kredit digital yang kini berlisensi sebagai perusahaan pembiayaan (multifinance) di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dipercaya telah memiliki valuasi di kisaran US$501 juta sampai US$999 juta.
Pesaing terdekat Kredivo sebagai penyedia kredit digital atau paylater, yaitu PT Akulaku Finance Indonesia atau Akulaku bersama entitas grupnya PT Akulaku Silvrr Indonesia pun dinilai telah masuk jajaran elit fintech centaur.
Terlebih, grup ini bukan hanya besar lewat bisnis pembiayaan, namun juga memiliki entitas marketplace dengan nama yang sama, serta dua bisnis jasa keuangan lain, yaitu fintech peer-to-peer (P2P) lending lewat PT Pintar Inovasi Digital (Asetku) dan memiliki saham mayoritas di PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) sebesar 24,98 persen.
Bergeser ke fintech centaur yang diperkirakan memiliki valuasi US$100 juta sampai US$500 juta, setidaknya terdapat 15 fintech dengan model bisnis dompet digital, penyedia layanan investasi, P2P lending, sampai financial planner yang telah masuk deretan ini.
Terdapat dua nama penyedia platform pembayaran & dompet digital (e-wallet) yang masuk jajaran centaur, yaitu DANA besutan PT Espay Debit Indonesia Koe dan LinkAja besutan PT Fintek Karya Nusantara.
Selain itu, fintech pembayaran dan layanan keuangan berbasis keagenan PAYFAZZ yang kini berada dalam naungan Fazz Financial Group (FFG), serta payment gateway PT Sinar Digital Terdepan (Xendit) juga dinilai telah masuk jajaran centaur.
Digiasia Bios, grup startup fintech penyedia jasa digitalisasi keuangan pun dinilai telah memiliki valuasi di atas US$100 juta. Sekadar informasi, grup ini memiliki tiga platform yang bernaung di bawahnya, yaitu fintech pembayaran KasPro (PT. Solusi Pasti Indonesia), fintech P2P bertajuk KreditPro (PT Tri Digi Fin) yang kini telah berizin OJK, dan jasa remitansi dan pencairan dana dari luar negeri RemitPro.
Adapun, salah satu fintech penyedia layanan investasi dipercaya telah masuk jajaran centaur, yaitu Ajaib Group besutan perusahaan sekuritas PT Ajaib Sekuritas Asia dan agen penjual efek reksa dana PT Takjub Teknologi Indonesia.
Secara kasat mata, Ajaib memang potensial masuk ke startup bervaluasi di atas US$100 juta, karena dua pendanaan Series A yang diterimanya pada Januari 2021 dan Maret 2021 saja sudah menyentuh US$90 juta, dan bahkan disebut sebagai pendanaan Series A terbesar se-Asia Tenggara dalam sejarah.
Berlanjut ke fintech klaster aggregator yang telah masuk kategori centaur, ada nama OY! besutan PT Dompet Harapan Bangsa, dan CekAja.com besutan PT Puncak Finansial Utama. Keduanya tercatat telah memiliki izin terdaftar sebagai penyelenggara Inovasi Keuangan Digital (IKD) OJK.
Cermati Fintech Group (CFG), yang juga dikenal sebagai fintech aggregator lewat laman cermati.com pun dinilai telah masuk jajaran fintech bervaluasi centaur. Menilik, platform besutan PT Dwi Cermat Indonesia ini memiliki Indodana (PT Artha Dana Teknologi) dan Cermati Protect yang merupakan pialang asuransi digital.
Adapun, jajaran fintech centaur juga turut diramaikan oleh Stockbit besutan PT Stockbit Investa Bersama, satu-satunya fintech klaster Social Network & Robo Advisor yang resmi terdaftar di OJK.
Terakhir, fintech P2P lending merupakan jenis klaster fintech yang paling banyak meramaikan jajaran startup calon unikorn selanjutnya, kendati valuasinya dinilai masih berada di kisaran US$500 juta.
Beberapa nama yang muncul, di antaranya PT Investree Radhika Jaya (Investree), Grup Modalku besutan PT Mitrausaha Indonesia, KoinWorks besutan PT Lunaria Annua Teknologi, AwanTunai besutan PT Simplefi Teknologi Indonesia, dan PT Amartha Mikro Fintek (Amartha).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel