Bisnis.com, JAKARTA - Perpanjangan kebijakan pembatasan sosial (PPKM) kembali menjadi momok buat bisnis pembiayaan (multifinance/leasing), terutama berkaitan perbaikan piutang pembiayaan.
PPKM membuat daya beli masyarakat turun, sementara pembayaran cicilan, pelunasan, atau pengembalian unit kendaraan akibat ketidakmampuan membayar cicilan, nilainya terus berkejaran dengan pembiayaan baru yang masuk.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksi sampai dengan akhir tahun 2021, pertumbuhan piutang pembiayaan diproyeksikan masih akan mengalami kontraksi sekitar 1 sampai 5 persen.
"Secara umum, ini lebih baik dibanding tahun 2020 yang penurunannya mencapai 18,23 persen [year-on-year/yoy]," jelas Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 2B OJK Bambang W. Budiawan, Rabu (4/8/2021).
Berdasarkan statistik OJK, nilai outstanding bruto dari seluruh objek pembiayaan yang dibiayai leasing kini hanya mencapai Rp386,68 triliun per Juni 2021.
Nilai ini tercatat turun 10,42 persen (yoy) dari capaian Rp431,67 triliun pada Juni 2020 dan turun tipis 0,8 persen (year-to-date/ytd) dari capaian Rp390,07 triliun pada Januari 2021.
"Dengan mempertimbangkan perkembangan sampai Juni 2021 yang menunjukkan arah rebound, di mana penurunan tercatat hanya sebesar 11,06 persen, tantangan untuk mencapai target tersebut memang masih cukup berat. Realisasi capaian pertumbuhan ini tentunya akan bergantung pada beberapa hal," tambahnya.
Beberapa hal yang menurut OJK sanggup menolong kinerja piutang industri pembiayaan ini, di antaranya pelaksanaan program vaksinasi Covid-19 berjalan efektif sesuai jadwal dan coverage yang direncanakan, serta tidak adanya lagi varian virus Covid-19 yang baru.
Selain itu, penyebaran pandemi Covid 19 terkendali dengan baik dan kegiatan perekonomian mulai berjalan normal. Harapannya, tiga hal ini akan berpengaruh ke permintaan dari sektor riil yang kembali menuju normal.
Terakhir, realisasi Program Pemulihan Ekonomi Nasional yang dicanangkan Pemerintah diharapkan dapat berjalan dengan baik sehingga efektif memperbaiki daya beli masyarakat.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengamini bahwa piutang pembiayaan industri yang turun di kisaran 1 persen saja sudah merupakan prestasi dan target paling optimistis.
"Nilai outstanding yang masih stagnan sampai pertengahan tahun, supply yang terbatas untuk penyaluran mobil baru, ditambah kembali berlakunya PPKM di semester II/2021 ini jelas berpengaruh. Namun, kami masih bisa optimis ada perbaikan di beberapa segmen pembiayaan," ungkapnya kepada Bisnis.
Optimisme tersebut terbesar berasal dari animo masyarakat yang masih besar untuk mengganti kendaraannya di era new normal ini, baik di segmen kendaraan baru maupun bekas.
Selain itu, potensi juga ada dari kredit barang-barang elektronik dan barang konsumsi lain-lain nonelektronik, yang masih dari objek pembiayaan barang konsumtif. Terakhir, masih adanya prospek cerah buat perbaikan piutang kredit modal kerja, terutama jangka pendek kepada mitra bisnis perusahaan leasing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel