Bisnis.com, JAKARTA — Industri asuransi umum dinilai masih harus menjalankan bisnis dengan hati-hati seiring menurunnya Indeks Manajer Pembelian Manufaktur atau Purchasing Manager’s Index dalam dua bulan terakhir. Namun, pertumbuhan ekonomi yang positif pada kuartal II/2021 membawa harapan bagi bisnis asuransi.
Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Hastanto Sri Margi Widodo menjelaskan bahwa penurunan Purchasing Manager’s Index (PMI) dalam beberapa bulan terakhir menjadi perhatian industri asuransi. PMI Mei 2021 yang mencapai 55,3 turun pada Juni 2021 menjadi 53,5, kemudian anjlok pada Juli 2021 menjadi 40,1.
"PMI itu menunjukkan kontraksi yang luar biasa di sisi manufaktur. Ini worry, mungkin akan menimbulkan banyak cancellation ke depannya [di industri asuransi umum]," ujar Widodo pada Kamis (5/8/2021).
Para pelaku asuransi umum berharap kontraksi PMI itu tidak akan berlanjut pada Agustus 2021 karena berpotensi membebani kinerja asuransi kerugian. Widodo menilai bahwa jika manufaktur tertekan hingga tiga bulan, tercermin dari penurunan PMI, maka pemulihan ulang aktivitasnya akan cukup sulit dan memerlukan waktu.
Widodo menjabarkan bahwa selama pandemi Covid-19 kontraksi besar terjadi di asuransi kendaraan bermotor, seiring anjloknya penjualan kendaraan. Meski sempat terperosok, arus kas lini bisnis ini masih bisa bertumpu dari kontrak berdurasi beberapa tahun, tapi kemudian tertolong oleh penjualan mobil yang meningkat pada 2021.
Lini bisnis asuransi properti, yang cukup mendominasi portofolio industri asuransi umum, saat ini masih menghadapi tekanan akibat terbatasnya aktivitas masyarakat. Tekanan ekonomi membuat perkantoran, pusat perbelanjaan, hingga hotel 'mengorbankan' proteksi asuransi demi penghematan biaya.
"Makanya AAUI bilang kepada anggota-anggota kalau growth is optional, manage your solvency, jaga kesehatan keuangan," ujarnya.
Meskipun begitu, Widodo meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi saat ini membawa harapan akan membaiknya kinerja industri. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pada kuartal II/2021, pertumbuhan ekonomi mencapai 7,07 persen (year-on-year/yoy), meningkat setelah pada kuartal I/2021 masih negatif 0,74 persen (yoy).
Ketua Dewan Asuransi Indonesia (DAI) Tatang Nurhidayat menilai bahwa fundamental perusahaan-perusahaan asuransi saat ini jauh lebih baik dibandingkan dengan krisis-krisis yang pernah terjadi, seperti saat krisis ekonomi 1998. Dia pun meyakini bahwa industri asuransi dapat bertahan dan tumbuh selama pandemi Covid-19.
"Hal itu membawa optimisme bagi kami di industri perasuransian, bahwa kondisi ini akan bisa kita lewati, bahwa ini akan baik, tetap akan ada pertumbuhan karena di lain pihak kondisi ini juga menumbuhkan awareness masyarakat atas asuransi," ujar Tatang pada Kamis (5/8/2021).
Menurutnya, pandemi Covid-19 merupakan kejadian memaksa industri asuransi untuk berubah. Industri perlu merespons kondisi baru dengan inovasi dan strategi yang tepat, untuk memastikan bisnis terus berjalan dengan sehat.
"Karena bisnisnya terkait dengan risiko, saya pikir kehati-hatian tetap menjadi pegangan industri asuransi. Tidak asal berubah, asal tumbuh. Kehati-hatian dan tata kelola yang baik bahkan harus ditingkatkan," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel