Topan Lupit Melanda Guangdong, China Selatan

Bisnis.com,05 Agt 2021, 14:01 WIB
Penulis: Reni Lestari
Ilustrasi - Polisi mengatur lalu lintas di bawah kabut tebal di seberang Kota Terlarang, Beijing/Antara-M. Irfan Ilmie

Bisnis.com, JAKARTA - Topan lupit mendarat di kota Shantou China, Provinsi Guangdong, sekitar pukul 11.20, Kamis, (5/8/2021), dengan kecepatan angin hingga 23 meter per detik di pusatnya.

Dilansir China Daily, Pusat Meteorologi Nasional (NMC) mengatakan mulai pukul pukul 14.00 hari ini hingga Jumat pukul 14.00, sebagian Fujian, Guangxi dan Guangdong akan mengalami hujan lebat dengan intensitas 250-300 mm.

China telah mengaktifkan tanggap darurat tingkat empat untuk pengendalian banjir dan topan, dan mengirim tim kerja ke Guangdong untuk memandu pekerjaan pencegahan topan dan badai hujan lokal.

Peristiwa bencana ini menggarisbawahi pentingnya Guangdong bagi ekonomi China dan rantai pasok global. Guangdong adalah provinsi pesisir yang berbatasan dengan Laut China Selatan dan menyumbang produk domestik bruto terbesar bagi negara itu. Di Guangdong juga terdapat Pelabuhan Yantian, sebuah pusat ekspor dan industri di China, di mana operasi telah dihentikan sejak Selasa (3/8/2021) malam karena cuaca ekstrem.

Sementara itu, topan lupit yang kini melanda Guangdong merupakan badai tropis yang biasanya menggulung bagian barat laut Pasifik Utara. Sebelumnya, topan in-fa yang merupakan siklon tropis paling basah kedua yang tercatat di China, menghantam fasilitas mega terminal Yangshan di Shanghai. Topan in-fa membawa banjir yang meluas dan menggulingkan kontainer yang disimpan di palka kapal induk yang bepergian ke Amerika Serikat.

Topan in-fa yang menghantam Provinsi Zhejiang menyebabkan kerusakan 3,35 miliar yuan (US$516 juta). Wakil Menteri Manajemen Darurat Zhou Xuewen mengatakan berdasarkan analisis pola cuaca terbaru, China kemungkinan akan mengalami banjir di Beijing, Tianjin dan wilayah lain antara pertengahan dan akhir Agustus.

Selain itu, lebih banyak topan akan melanda China utara, dan langkah-langkah keamanan perlu ditingkatkan karena wilayah tersebut tidak berpengalaman dalam mengelola banjir.

Menurut Greenpeace Asia Timur, dalam jangka panjang, kota-kota utama China mungkin mengalami musim panas yang lebih panas dan lebih lama.

"Norma iklim baru berarti bahwa peristiwa yang memecahkan rekor saat ini akan menjadi sesuatu yang sering terjadi," kata juru bicara Badan Meteorologi China Wang Zhihua, dilansir Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini