Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Permata Tbk. (BNLI) dikabarkan melakukan pembicaraan dengan sejumlah fintech mengenai rencana penjualan lisensi bisnis kartu kredit.
Dikutip dari Dealstreetasia pada Selasa (10/8/2021), Bank Permata telah memulai pembicaraan dengan sejumlah pelaku fintech, termasuk Honest Bank yang berkantor pusat di Singapura, untuk menjual lisensi kartu kreditnya.
Honest Bank juga dikabarkan sedang dalam pembicaraan dengan Insignia Ventures Partners antara lain untuk menggalang dana sekitar U$20 juta, karena tampaknya akan memperoleh lisensi kartu kredit dari Bank Permata.
Dikonfirmasi terkait kabar itu, Head of Corporate Affairs PermataBank Richele Maramis menjawab dengan mengatakan perseroan akan menyampaikan informasi sesuai dengan ketentuan perusahaan publik.
"Sebagai perusahaan publik, semua pemaparan informasi akan diberikan sesuai regulasi yang berlaku dan pada waktu yang telah ditentukan," katanya pada Selasa (10/8/2021).
Sementara itu, sebagaimana diketahui kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat disebabkan pandemi Covid-19, menekan bisnis kartu kredit di Indonesia. Hal itu tercermin dari penurunan transaksi kartu kredit selama pandemi.
Pada 2020, volume transaksi kartu kredit turun 21,34 persen yoy, sedangkan nominal transaksi turun 30,28 persen yoy. Nilai transaksi mulai membaik pada akhir 2020, tetapi belum stabil seperti sebelum pandemi.
Per Juni 2021, nominal transaksi kartu kredit sebesar Rp19,81 triliun, atau naik tipis sebesar 0,53 persen dari bulan sebelumnya. Sebaliknya, volume transaksi turun 1 persen dari bulan sebelumnya menjadi sebesar 23,22 juta transaksi.
Di tengah tekanan itu, pada April 2021 Citi mengumumkan keluar dari bisnis consumer banking di 13 negara, termasuk Indonesia. Kegiatan bisnis consumer banking Citi di Indonesia salah satunya kartu kredit.
Sebelumnya, Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) memperkirakan kinerja kartu kredit masih belum akan kembali hingga 2023. Mobilitas dan kepercayaan masyarakat perlu kembali seutuhnya untuk meningkatkan kinerja.
Direktur Eksekutif Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) Steve Marta mengatakan peningkatan tersebut lantaran kinerja 2020 terkontraksi dalam. Peningkatan volume juga hanya sesaat, untuk memenuhi kebutuhan hari raya.
"Jadi, kalau dilihat lagi belum ada peningkatan kinerja yang signifikan. Kinerja ekonomi belum kuat, masyarakat belum mampu jalan-jalan, sehingga kartu kredit juga belum terlalu kuat. Baru akan kembali pada 2023 kalau pandemi benar-benar berakhir," katanya.
Dia mengatakan kinerja kartu kredit didorong oleh pembelian tiket pesawat dan booking hotel yang pada masa pandemi ini berhenti total. Di luar itu, ada kebutuhan makan restoran yang pada masa yang hanya longgar terbatas hanya pada kuartal kedua tahun ini.
"Paling yang bisa diharapkan hanya transaksi digital yang kebutuhan belanjanya tidak terlalu besar sehingga tak banyak menyamai kinerja kartu kredit normal," sebutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel