Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menyampaikan suku bunga simpanan berjangka yang ditawarkan perseroan saat ini sudah berada di posisi yang sangat rendah.
Perseroan pun kini akan fokus pada penguatan kinerja fungsi intermediasi untuk pemulihan kinerja ekonomi nasional akhir tahun ini.
Corporate Secretary BNI Mucharom menyampaikan saat ini merupakan era suku bunga rendah bagi perbankan nasional. Hal ini sejalan dengan tingkat suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate saat ini telah berada pada level 3,5%, atau paling rendah sepanjang sejarah.
Bank Indonesia (BI) melonggarkan GWM hingga 300 bps, sehingga likuiditas di perbankan tersedia dengan cukup memadai.
Mucharrom menuturkan berbagai kelonggaran tersebut telah memberikan ruang pada perseroan untuk menurunkan biaya dana dari 2,93% pada kuartal 2/2020 menjadi dikisaran 1,74% pada kuartal 1/2021.
Dia melanjutkan, efisiensi pada biaya dana pihak ketiga tersebut pun menjadi salah satu faktor pendukung pendapatan bunga bersih, yang kemudian mendorong pertumbuhan PPOP atau laba perusahaan sebelum pencadangan. Peningkatan PPOP ini memberikan ruang bagi perbankan untuk memupuk pencadangan ke level yang sehat dalam mengantisipasi pemburukan kondisi di masa mendatang.
"Likuiditas juga tersedia karena dukungan pemerintah melalui program penempatan dana di perbankan sebagai pemicu pertumbuhan kredit. Dengan demikian, isu utama saat ini adalah bagaimana menyalurkan kredit semaksimal mungkin," katanya kepada Bisnis, Jumat (13/8/2021).
Kendati demikian, Mucharrom tak menampik akan ada penurunan kembali suku bunga simpanan berjangka untuk menurunkan beban dana lebih lanjut.
"Kami mendukung kebijakan dari otoritas moneter yang tentunya akan menentukan kebijakan suku bunga yang telah disesuaikan dengan perkembangan terbaru, baik dari potensi inflasi, likuiditas, dan lainnya," sebutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel