Malaysia Longgarkan Pembatasan, Fokus Pulihkan Ekonomi

Bisnis.com,15 Agt 2021, 14:43 WIB
Penulis: Reni Lestari
Sejumlah toko dan pusat pembelanjaan tutup saat hari pertama lockdown nasional di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (1/6/2021). Malaysia meluncurkan paket US$9,7miliar untuk membantu orang dan perusahaan saat lockdown nasional selama dua minggu yang dimulai hari ini. Bloomberg/Samsul Said

Bisnis.com, JAKARTA - Malaysia akan membuka lebih banyak sektor untuk individu yang telah divaksinasi penuh. Langkah ini dilakukan untuk membangun kembali ekonomi yang telah ditutup karena wabah virus Corona.

Perdana Menteri Muhyiddin Yassin mengatakan di bawah pedoman baru yang akan berlaku mulai Senin pekan depan, salon rambut, toko yang menjual barang-barang listrik, furnitur, peralatan olahraga dan aksesoris mobil akan diizinkan untuk beroperasi di negara bagian di bawah fase pertama dari rencana pemulihan nasional.

Toko yang menawarkan pakaian bekas, barang antik, dan mainan dapat melanjutkan bisnis di bawah tahap kedua.

Malaysia secara bertahap menggulirkan kembali pembatasan terkait Covid-19 karena berusaha untuk mencapai keseimbangan antara mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan mengekang infeksi harian yang telah mencapai 20.000 selama empat hari terakhir.

Awal bulan ini, pihak berwenang merevisi aturan untuk mengizinkan beberapa orang yang telah diinokulasi penuh untuk melintasi perbatasan negara bagian dan makan di restoran.

"Pemerintah berharap pedoman yang diumumkan hari ini akan memberikan kelegaan emosional dan mental kepada masyarakat dan akan membantu secara bertahap memperbaiki situasi mereka yang berada di sektor ekonomi yang terkena dampak,” kata Muhyiddin, dilansir Bloomberg, Minggu (15/8/2021).

Bank sentral pada Jumat (13/8/2021) menurunkan target pertumbuhan ekonomi 2021 menjadi 3 persen hingga 4 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 6 persen hingga 7,5 persen, mengutip dampak dari wabah tersebut.

Pemerintah menempatkan seluruh negara di bawah penguncian pada Juni dalam sebuah langkah yang membuat 40.000 orang kehilangan pekerjaan mereka, dengan pukulan diperkirakan mencapai 1,1 miliar ringgit (US$ 260 juta) per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Edi Suwiknyo
Terkini