Perlambatan Ekonomi China Munculkan Risiko Bagi Dunia

Bisnis.com,17 Agt 2021, 12:52 WIB
Penulis: Reni Lestari
Presiden China Xi Jinping (tengah), Perdana Menteri (PM) Li Keqiang (kanan), dan Chairman Kongres Rakyat Nasional Li Zhansu (kiri) menyanyikan lagu nasional China dalam upacara peringatan 40 tahun reformasi China di Great Hall of the People, Beijing, China, Selasa (18/12/2018)./Reuters-Jason Lee

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi China mengalami perlambatan lebih dari yang diprediksikan sejumlah pengamat pada Juli lalu. Hal ini menambah tanda-tanda bahwa pemulihan global berada di bawah tekanan karena varian virus delta mengganggu rantai pasokan dan merusak kepercayaan konsumen.

Penjualan ritel terpukul oleh pembatasan ketat yang diberlakukan menjelang akhir bulan lalu untuk menahan wabah baru.

Di sisi lain, banjir di daerah China tengah, serta penjualan mobil yang lemah karena kekurangan cip mememberikan tekanan kerugian bagi industri manufaktur. Sementara itu, pasar properti yang melambat dan kebijakan lingkungan mengurangi produksi baja dan semen, memukul permintaan komoditas.<

Menggunakan pertumbuhan rata-rata dua tahun untuk menghilangkan basis rendah pada tahun lalu, data menunjukkan penurunan signifikan dalam penjualan ritel menjadi 3,6 persen pada Juli.

Produksi industri tidak terlalu terpengaruh oleh perlambatan konsumen karena ekspor yang kuat, tumbuh 5,6 persen dalam ukuran dua tahun, turun hampir satu poin persentase dari bulan sebelumnya. Pertumbuhan investasi aset tetap stabil.

Bersamaan dengan merosotnya kepercayaan konsumen Amerika Serikat ke level terendah hampir satu dekade dan meningkatnya tekanan rantai pasokan di Asia Tenggara, data China menggarisbawahi potensi risiko besar yang dapat ditimbulkan oleh varian virus delta yang lebih menular pada pemulihan global.

Pelabuhan peti kemas utama di China ditutup sebagian minggu lalu setelah seorang pekerja terinfeksi di sana, mengganggu perdagangan pada saat bisnis meningkat untuk musim belanja liburan Natal.

"Jika pertumbuhan ekonomi China kehilangan tenaga di tengah kebangkitan Covid-19, seluruh dunia dapat melihat hambatan lebih lanjut ke momentum pertumbuhan, dari gangguan rantai pasokan hingga konsumsi normal yang lebih lambat dari perkiraan," kata Bruce Pang, Kepala penelitian makro dan strategis di China Renaissance Securities Hong Kong, seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (17/8/2021).

Raymond Yeung, Kepala Ekonom untuk Greater China di Australia and New Zealand Banking Group mengatakan data Juli menunjukkan ekonomi China kehilangan tenaga dengan sangat cepat. Kebangkitan varian delta juga menambah risiko ekstra pada aktivitas Agustus.

Prospek China kini tergantung pada apakah pembatasan dapat dilonggarkan bulan ini, dan apakah Beijing akan meningkatkan stimulus moneter dan fiskal untuk mencegah perlambatan yang lebih tajam.

People's Bank of China (PBOC) mengisyaratkan arah kebijakan yang stabil, mempertahankan suku bunga utamanya sambil memperpanjang sebagian besar pinjaman yang akan jatuh tempo.

Kasus impor varian delta mulai menyebar dari kota timur Nanjing pada Juli, menyebabkan pihak berwenang menutup lokasi wisata, membatalkan acara budaya dan penerbangan selama periode liburan musim panas untuk menahan wabah.

Meskipun China telah memvaksinasi lebih dari setengah populasinya, kebijakan eliminasi Covid-19 yang berkelanjutan memukul konsumsi sehingga pengeluaran di restoran turun lebih dari 4 persen pada Juli dari bulan sebelumnya.

Strategi Covid yang agresif dari pemerintah terbukti mahal secara ekonomi. Lembaga keuangan seperti Nomura Holdings Inc., Goldman Sachs Group Inc. dan JPMorgan Chase & Co. telah memangkas proyeksi pertumbuhan mereka untuk kuartal ketiga dan setahun penuh. Bahkan dengan revisi tersebut, Beijing akan berada di jalur untuk memenuhi target pertumbuhan setahun penuh yang relatif sederhana di atas 6 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yustinus Andri DP
Terkini