Bisnis.com, JAKARTA – Setelah sempat kesulitan mengarungi masa pandemi, PT Permodalan Nasional Madani (Persero) berhasil mencatatkan kinerja positif di seluruh aspek kinerja keuangannya pada semester I/2021.
Berdasarkan laporan keuangan PNM yang diterbitkan Harian Bisnis Indonesia (6/8/2021), aset perusahaan pembiayaan mikro pelat merah ini tumbuh dari Rp31,66 triliun pada Desember 2020 menjadi Rp38,15 triliun per Juni 2021.
Kontribusi paling besar disumbang komponen pembiayaan yang diberikan atau piutang pembiayaan kepada nasabah, yang meningkat dari Rp22,08 triliun pada Desember 2020 menjadi Rp28,3 triliun per Juni 2021.
Pendapat bunga dan syariah kotor pun naik dari Rp2,52 triliun per Juni 2020 menjadi Rp3,61 triliun per Juni 2021. Setelah dikurangi beban operasional, pendapatan bersih terbilang masih tumbuh 53,6 persen (year-on-year/yoy) menjadi Rp2,52 triliun pada paruh periode 2021 dari sebelumnya Rp1,64 triliun.
Adapun setelah ditambah beberapa komponen lain dan dikurangi beban usaha, laba sebelum pajak perusahaan yang akan menjadi bagian Holding Ultra Mikro bersama PT Pegadaian (Persero) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. ini masih tetap naik ke Rp427,33 miliar dari sebelumnya Rp153,12 miliar pada Juni 2020 yang ketika itu masih terdampak pandemi.
Direktur Utama PNM Arief Mulyadi menjelaskan bahwa memperluas jangkauan dan memperbanyak nasabah merupakan kunci kebangkitan kinerja, di mana hal ini juga merupakan amanat pemerintah agar PNM ikut membantu para pelaku usaha mikro Tanah Air yang notabene berada di perdesaan.
Sekadar informasi, jumlah nasabah kedua program unggulannya, yaitu Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar), maupun program Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) pada paruh periode 2021 telah mencapai 9,9 juta dan terus bertumbuh sampai saat ini.
"Akhir Juli 2021, total nasabah kita sudah tembus 10,1 juta, tumbuh 56 persen [yoy]. Terkhusus PNM Mekaar 9,9 juta, sisanya ULaMM. Ini juga karena jangkauan kantor cabang kita naik 21 persen ke 3.660 kantor," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (17/8/2021).
Capaian ini pun membuat PNM menjadi penyalur pembiayaan berbasis kelompok dengan jumlah nasabah terbesar di dunia, melampaui Grameen Bank di Bangladesh yang sebelumnya juga menjadi microfinance dengan jumlah nasabah besar di kisaran 9 juta nasabah.
Per Juli 2021, dengan penyaluran ke ULaMM dan Mekaar yang tumbuh 163,9 persen (yoy) ke Rp25,87 triliun dan outstanding yang tumbuh 106,72 persen (yoy) ke Rp28,8 triliun, tingkat nonperforming loan (NPL) PNM pun mengalami perbaikan ke 0,75 persen dari sebelumnya sempat menyentuh 1,4 persen.
Arief menjelaskan bahwa selaku BUMN yang punya misi sebagai tangan kanan pemerintah dalam program pemberdayaan UMKM dalam menyediakan modal finansial, modal intelektual, dan modal sosial, pihaknya masih akan melanjutkan misi memperluas jangkauan hingga akhir 2021 ini.
Pasalnya, permintaan pembiayaan dari para pelaku usaha segmen mikro dan ultra mikro tengah meningkat, tak terkecuali permintaan pembiayaan berbasis syariah.
"Apalagi daerah-daerah tertentu seperti Aceh, Sumatra Barat, sebagian Jawa Barat, sebagian kecil Jawa Timur, itu sedang banyak yang berminat ke [pembiayaan] syariah. Kami menyesuaikan. Di samping itu, ikut membesarkan ekosistem syariah kan program pemerintah juga," ungkapnya.
Jelang bergabung dengan Bank BRI dan Pegadaian sebagai holding ultra mikro, PNM masih mengincar penyaluran pembiayaan tahun ini menembus Rp38 triliun, dengan jangkauan layanan yang kini telah terealisasi di 5.006 kecamatan dari 443 kabupaten/kota dan 34 provinsi di seluruh Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel