Meski Ada PPKM Darurat, Neraca Perdagangan Juli 2021 Cetak Surplus US$2,59 Miliar

Bisnis.com,18 Agt 2021, 11:38 WIB
Penulis: Maria Elena
Alat berat beroperasi di area pembangunan proyek Makassar New Port tahap kedua di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (16/8/2021). ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Bisnis.com, JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus pada Juli 2021 ditengah penerapan PPKM akibat lonjakan virus.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan pada bulan tersebut sebesar US$2,59 miliar. Sebagai catatan, surplus neraca perdagangan pada bulan Juli 2021 merupakan surplus ke-15 kalinya sejak Mei 2020.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan komoditas nonmigas, penyumbang terbesar lemak dan minyak hewan nabati, diikuti bahan bakar mineral, serta besi dan baja.

"Trennya dari 2020, ini surplusnya membukukan 15 bulan beruntun. Ini juga memberikan indikasii ekonomi semakin membaik karena neraca perdagangan 15 bulan beruntun surplus, tertinggi di Oktober 2020 mencapai US$3,58 miliar," kata Margo, Rabu (18/08/2021).

Kinerja ekspor pada Juli 2021 mencatat nilai sebesar US$17,70 miliar atau turun 4,53 persen secara bulanan (month to month/mtm) dan naik 29,32 persen (year on year/yoy) dibandingkan Juni tahun lalu.

Penurunan bulanan dipicu penurunan ekspor migas sebesar 19,55 persen menjadi US$990 juta pada bulan Juli 2021.

Secara tahunan, peningkatan didorong oleh kenaikan cukup tajam dari migas sebesar 50,08 persen menjadi US$990 juta pada Juli 2021.

Margo mengatakan penurunan ekspor dikarenakan pola musiman, karena bulan Juni biasanya ekspor meningkat tajam dari efek Lebaran di bulan sebelumnya, kemudian kembali normal pada Juli 2021.

"Kinerja ekspor selama tahun 2021 cukup baik dibandingkan 2020 dan 2019. Harapan kita semua tren ini tetap terjaga pada bulan-bulan selanjutnya," papar Margo, Rabu (18/08/2021).

Sementara itu, impor pada bulan tersebut tercatat sebesar US$15,11 atau turun 12,22 persen secara bulanan (mtm) dan naik 44,44 persen secara tahunan (yoy).

Penurunan secara bulanan dipicu oleh penurunan impor migas sebesar 22,28 persen menjadi US$1,78 miliar.

"Trennya sepanjang 2021 ini masih mengalami peningkatan dibanding 2020, kecuali pada Januari 2021," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini