Saham Alibaba Group dan JD.com Melesat, Wall Street Dibuka Menguat

Bisnis.com,24 Agt 2021, 21:04 WIB
Penulis: Farid Firdaus
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks utama bursa saham Amerika Serikat (AS) kompak melejit mengawali perdagangan Selasa (24/8/2021) waktu setempat. Ini seiring penantian investor terhadap pendalaman jalur kebijakan bank sentral AS, The Fed di tengah ancaman Covid-19 terhadap ekonomi global.

Berdasarkan data Bloomberg, pada 20.31 WIB, indeks Dow Jones Industrial Average dibuka naik 0,15 persen ke posisi 35.388,36, sementara S&P 500 menanjak 0,13 persen ke level 4.485,34, sedangkan Nasdaq melesat 0,24 persen ke posisi 14.979,02.

S&P 500 dan Nasdaq 100 naik menyusul rebound di saham teknologi perusahan China setelah hasil yang kuat menarik minat investor termasuk CEO Ark Invest Cathie Wood.

Saham perusahaan China yang terdaftar di AS naik dengan Alibaba Group Holding Ltd. dan JD.com Inc. masing-masing naik sekitar 5 persen dan 10 persen. Namun, kenaikan itu tidak bertahan untuk saham Eropa, dengan indeks Stoxx Europe 600 membalikkan kenaikan sebelumnya.

Melansir Yahoo Finance, investor juga menantikan Simposium Jackson Hole secara virtual yang dimulai pada Kamis (26/8/2021). Acara ini diharapkan menjadi forum lain bagi pejabat bank sentral untuk membahas penilaian mereka terhadap kondisi ekonomi, dan menawarkan petunjuk kapan The Fed akan mengumumkan dan akhirnya memulai proses pengurangan program pembelian aset era krisis.

Data ekonomi baru AS yang keluar pada awal minggu ini relatif mengecewakan terhadap perkiraan analis Wall Street, dengan index tracking activity di sektor jasa AS mendingin ke level terendah delapan bulan karena kekhawatiran atas Covid-19 varian delta mulai membebani permintaan.

Terlepas dari risiko yang sedang berlangsung di sekitar virus, bagaimanapun, tiga faktor utama telah membantu menjaga pasar ekuitas bergerak menuju tertinggi baru sepanjang masa, menurut seorang ahli strategi.

“Yang pertama, itu adalah tingkat diskonto yang sangat rendah. Imbal hasil Treasury 10 tahun hampir tidak turun dari posisi terendah Agustus,” kata Michael Darda, kepala ekonom MKM Partners kepada Yahoo Finance.

Biasanya, lanjut dia, ketika suku bunga jangka panjang turun, pendapatan emiten atau ekonomi akan goyah. Namun pada kasus kali ini, pendapatan perusahaan tercatat masih cukup kuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini