Fintech P2P Lending Cari Cara Ekspansi ke Luar Jawa

Bisnis.com,26 Agt 2021, 19:22 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Ilustrasi solusi teknologi finansial/flickr

Bisnis.com, JAKARTA - Imbauan regulator agar industri teknologi finansial peer-to-peer (P2P) lending memperluas dampak sosialnya ke luar Jawa, ditanggapi secara serius oleh para pemain.

Beberapa platform teratas tampak mulai meracik strategi, bahkan mulai melakukan ekspansi, untuk bersiap apabila nantinya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membawa anjuran tersebut ke dalam aturan main terbaru.

Sekadar informasi, OJK menilai 'branding' industri fintech lending sebagai penyedia permodalan atau pinjaman pribadi kepada unbankable & underserved di Indonesia, akan lebih terasa apabila industri mulai bisa membidik populasi segmen tersebut secara merata di seluruh daerah.

Pasalnya, berdasarkan statistik fintech lending OJK sepanjang semester I/2021, dari total penyaluran pinjaman para pemain sebesar Rp70,88 triliun, porsi ke Jawa dengan 6 provinsi di dalamnya mencapai Rp57,93 triliun, sisanya Rp12,92 triliun ke 28 provinsi di luar Jawa.

Sementara itu, dari sisi outstanding pinjaman tersisa di Rp23,37 triliun per Juni 2021, Jawa mengambil porsi Rp18,97 triliun, sementara luar Jawa hanya Rp4,4 triliun. Nilai ini turut tergambar karena jumlah rekening peminjam (borrower) aktif di Jawa menyentuh 20,3 juta entitas, sementara luar Jawa hanya 2,5 juta entitas.

Adapun, untuk mengatasi gap Jawa dan Luar Jawa tak semakin membesar, OJK merencanakan imbauannya masuk dalam regulasi baru, di mana setiap platform bakal dipatok minimal menyalurkan 20 persen dari total penyaluran pendanaan tahunannya selama tahun berjalan ke luar Jawa.

Terkini, OJK pun telah mewajibkan platform fintech lending berlisensi terdaftar menggelar program edukasi minimal 12 kali di kota dan provinsi berbeda dengan proporsi 6 kali di Pulau Jawa dan 6 kali di luar Pulau Jawa. Sedangkan untuk platform berstatus berizin, 3 kali dalam setahun, dengan proporsi 1 kali di Pulau Jawa dan 2 kali di luar Pulau Jawa.

Chairman Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama (AFPI) sekaligus Co-Founder & CEO PT Investree Radhika Jaya (Investree) Adrian Gunadi mengungkap bahwa imbauan otoritas baik buat industri agar tak melulu berada dalam zona nyaman.

"Tentunya Investree dan fintech lending resmi lain yang berada di bawah pengaturan dan pengawasan OJK, akan menanggapi anjuran dari regulator secara positif. Tapi, jangan sampai menambah porsi pinjaman di luar Jawa menomorduakan kualitas pinjaman," ujarnya, Kamis (26/8/2021).

Adrian menjelaskan bahwa Investree memilih untuk memitigasi risiko tersebut lewat semakin gencar menggandeng partner ekosistem digital. Sebagai contoh, Investree bekerja sama dengan perusahaan rintisan agriculture technology eFishery, di mana Investree menyalurkan pinjaman kepada para pembudidaya ikan di Indonesia, tidak terkecuali kepada mereka yang berada di luar Jawa.

Adapun, CEO & Co-Founder PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia atau Akseleran Ivan Nikolas Tambunan mengaku tak terlalu khawatir dan sudah siap memperluas penyaluran pinjaman usaha di Kalimantan, Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara.

"Hal ini dikarenakan wilayah-wilayah tersebut memiliki banyak proyek di sektor usaha yang menjadi fokus Akseleran, yakni UMKM yang berasal dari sektor engineering atau konstruksi, business and consumer services, coal & related energy, online merchant, dan oil & gas," jelasnya.

Akseleran pun memiliki resep untuk memperbanyak vendor dan supplier di industri tersebut, kemudian berkolaborasi kepada anchor corporate. Nantinya, mereka bisa membawa supplier dan vendornya di daerah, agar mengakses Akseleran ketika membutuhkan pinjaman modal kerja.

"Hingga saat ini total penyaluran pinjaman usaha Akseleran di Luar Pulau Jawa sudah mencapai 6 persen, sekitar 4 persen di antaranya disalurkan ke Kalimantan. Kami menargetkan minimal penyaluran pinjaman usaha Akseleran di luar pulau Jawa dapat mencapai 25 dari total akumulasi pinjaman tahunan," tambahnya.

Sedikit berbeda, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) justru telah menerapkan strategi memperbesar penyaluran pinjaman kepada segmen borrower incarannya di wilayah luar Jawa selama semester I/2021.

Platform teknologi finansial peer-to-peer (fintech P2P) lending yang berfokus mengakomodasi pelaku usaha mikro wanita pedesaan ini mencatatkan total penyaluran ke luar Jawa mencapai Rp524 miliar atau 60,3 persen dari total penyaluran pinjaman, sisanya 39,7 persen atau senilai Rp346 miliar untuk wilayah Jawa.

Founder & CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra menjelaskan angka ini membuat kinerja penyaluran Amartha ke borrower di luar Jawa meningkat 196,62 persen (year-on-year/yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Pada gelombang kedua Covid-19 ini pun, Amartha menerapkan strategi diversifikasi portfolio lebih banyak ke Luar Jawa. Pasalnya, bisnis borrower Amartha yang merupakan pelaku usaha mikro wanita, kinerjanya lebih rentan karena terdampak pembatasan sosial, apalagi yang berada di daerah dengan tingkat infeksi Covid-19 yang masih tinggi.

"Jadi ke luar Jawa itu selain karena potensi bisnisnya masih besar dan marketnya ada, kita mencoba langsung ikut mengincar daerah tempat salah satu masalah terbesar Indonesia, yaitu akses permodalan mikro untuk segmen pedesaan, terutama daerah luar Jawa yang infrastrukturnya masih terbatas," ujarnya.

Taufan menjelaskan bahwa kunci menerapkan strategi ini, yaitu karena Amartha berbeda dengan platform teknologi serupa, di mana platform turut ditopang oleh tim lapangan yang melakukan pendampingan bagi para borrower.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Azizah Nur Alfi
Terkini