Indo Rama (INDR) Yakin Kinerja Kuartal III Ditopang Harga Komoditas

Bisnis.com,30 Agt 2021, 14:27 WIB
Penulis: Pandu Gumilar
Pabrik Isin Lanka Pve Ltd di Sri Lanka. Pabrik ini merupakan anak usaha PT Indo Rama Tbk, memproduksi spun yarn untuk tekstil dengan kualitas terbaik, baik cotton maupun sintetis, untuk pasar tekstil kelas atas./indorama

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten produsen bahan baku untuk industri tekstil dan kemasan, PT Indo-Rama Synthetics Tbk. (INDR) optimistis kinerja tahun ini akan melampaui tahun lalu.

Presiden Direktur Indo-Rama Synthetics Vishnu Baldwa mengatakan sampai dengan akhir tahun perseroan belum menentukan target pertumbuhan kinerja. Namun dia yakin fundamental perseroan akan jauh lebih baik dibandingkan dengan 2020.

“Akan sulit menjelaskan target tahun ini tapi kami berekspektasi kinerja akan jauh lebih baik daripada tahun lalu. Kami lihat sudah ada pertumbuhan signifikan pada semester I kemarin,” katanya Senin (30/8/2021).

Berdasarkan laporan perseroan, pendapatan semester I/2021 tumbuh 44 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Pada paruh pertama emiten berkode saham INDR itu menghasilkan pendapatan US$411 juta sedangkan periode sama tahun sebelumnya US$285 juta.

Kenaikan top line, ikut mendorong bottom line perseroan sebesar 3.536 persen. Laba bersih INDR mencapai US$40 juta sedangkan semester I/2020 hanya US$1,1 juta.

Vishnu menjelaskan kenaikan margin pada paruh pertama tahun ini disebabkan oleh peningkatan harga komoditas seperti kapas. Berdasarkan data Investing.com, harga kapas dalam setahun terakhir terus menanjak dari US$68,30 hingga ke posisi terakhir US$94,28.

“Kami melihat harga komoditas akan terus menanjak sampai dengan tiga bulan ke depan atau bahkan 1 tahun. Namun kami yakin kuartal III/2021 harga akan bagus sehingga margin kami akan semakin kuat,” ungkapnya.

Sebagai informasi, tahun lalu INDR membukukan pendapatan sebesar US$589 juta turun dibandingkan dengan realisasi 2019 yakni US$768 juta. Adapun porsi penjualan ekspor perseroan menciut US$362 juta sedangkan tahun sebelumnya US$516 juta.

Pendapatan utamanya dikontribusikan oleh segmen benang pintal senilai US$318 juta. Lalu serat polyester, PET resin, dan filament sebesar US$249 juta dan terakhir kain tenun US$22 juta.

Vishnu menambahkan meski bisnis PET resin terbilang besar, perseroan belum ada rencana pengembangan bisnis ke arah recycle. Pasalnya salah satu perusahaan yang terafiliasi telah menjalankan bisnis tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini