Menuju Net Zero Carbon, Schoders Kasih Pesan Ini Buat Perusahaan Batu Bara

Bisnis.com,02 Sep 2021, 18:13 WIB
Penulis: Yuliana Hema
Kegiatan pertambangan batu bara di wilayah operasional PT Adaro Energy Tbk./adaro.com

Bisnis.com, JAKARTA – Beberapa negara termasuk Indonesia mulai mengejar net zero emission, secara tidak langsung ini akan memengaruhi kinerja emiten pertambangan dan energi. 

Presiden Direktur Schroders Indonesia Michael Tjoajadi menuturkan setiap negara memiliki tanggapan yang berbeda-beda soal net zero emission ini. Namun, negara di Eropa, Amerika, hingga Asia seperti Jepang termasuk Indonesia ikut mendorong tercapainya net zero carbon ini. 

Agar bisa bertahan, Michael menyarankan perusahaan batu bara menjadikan energi alternatif atau energi terbarukan sebagai bagian dari bisnis perusahaan. 

"Mereka harus melihat energi terbarukan atau green energy sebagai bagian tanggung jawabnya, sebaliknya mereka [perusahaan batu bara] bisa membunuh diri sendiri jika tidak melakukan ini," jelas Michael, Kamis (2/9/2021). 

Dia menjelaskan jika perusahaan pertambangan tidak memberikan terbarukan atau melirik sektor green energy, kemungkinan yang akan terjadi manajer investasi hingga investor akan meninggalkan perusahaan tersebut. 

Michael turut meningkatkan, perubahan ke arah green energy tidak mungkin terjadi secara cepat atau tiba-tiba. Namun, dia mengatakan dirinya berharap perusahaan tersebut dapat melakukan perubahan secara perlahan.

"Kita ingin mereka lakukan perubahan terhadap bisnis mereka secara perlahan-lahan tentu ada timeline, tentu kita tahu ada linimasa dari Paris Agreement," imbuhnya. 

Sebelumnya, Indonesia telah berpartisipasi dalam pengesahan Paris Agreement yang tertuang melalui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2026. Pemerintah menargetkan untuk mencapai net zero emission pada 2060 mendatang. Selain itu, pemerintah juga sudah mengeluarkan green bond. 

Lebih lanjut, Michael menjelaskan pihaknya berkomitmen untuk merubah arah investasinya menuju Environmental, Social and Corporate governance (ESG) terhadap produk yang sudah ada ataupun yang akan datang. 

"Karena semua analis kita sudah ditekankan dalam melakukan riset harus memiliki scoring dalam ESG karena itu nantinya bisa memengaruhi investasi yang kita lakukan ke perusahaan tersebut," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini