PPKM Berakhir Besok, Epidemiolog: Harus Dilanjutkan Sampai Pandemi Berakhir

Bisnis.com,05 Sep 2021, 21:12 WIB
Penulis: Indra Gunawan
Warga menyeberang jalan saat jam pulang kerja di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (24/6/2021). Presiden Joko Widodo menjelaskan alasan pemerintah mengambil kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Mikro ketimbang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kembali atau lockdown (karantina wilayah) salah satunya karena pertimbangan faktor ekonomi.

Bisnis.com, JAKARTA - Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengungkapkan bahwa masa krisis pandemi Covid-19 di Indonesia belum berakhir. Sebab, kata dia, tren penurunan kasus Covid-19 belakangan ini belum menunjukan wilayah Indonesia secara keseluruhan.

“Untuk dipahami juga penurunan beberapa minggu terakhir tidak bisa dikatakan mewakili Indonesia. Tidak bisa. Ini hanya mewakili Jawa-Bali dan Madura. Beda lagi di luar itu. Karena begini, selama ini testing yang mendominasi itu 3T-nya (testing, tracing, treatmen) Jabodetabek,” ujar Dicky kepada Bisnis, Minggu (5/9/2021).

Lebih lanjut, Dicky menjelaskan terdapat 11 provinsi yang level community transmisionnya ada di level 3. Kemudian 4 provinsi di level 4 dan 18 provinsi positivity rate di atas 20 persen.

“Itu besar, lebih 50 persen. Ada lima provinsi yang tidak mencapai benchmark WHO yakni 1 orang dites per 1.000 per minggu. Artinya tidak bisa dinilai positivy rate-nya,” ujarnya.

Oleh karena itu, dia meminta pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) periode 31 Agustus - 6 September yang bakal berakhir Senin (6/9/2021) besok diperpanjang.

"PPKM ini harus dijaga, maksud dan fungsi menjadi penjaga dari proses pengendalian pandemi. Harus dijaga terus untuk sampai ke level 1 sampai pandemi berakhir," ucapnya.

Dia menilai strategi 3T atau pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment) perlu digenjot, selain vaksinasi dan protokol kesehatan.

"Dan ancaman gelombang ketiga nyata ada, setidaknya September atau Oktober ini bisa terjadi ancaman itu. Ini yang harus disadari," ujarnya.

Saat ini, kata Dicky, level nasional laju insidensinya 48 per 100.000, Jawa-Bali 44 per 100.000. Namun, di luar Jawa 55 per 100.000. Asal tahu saja, laju insidensi merupakan jumlah kasus positif Covid-19 dibagi dengan jumlah penduduk di sebuah tempat

Selain 3T, Dicky menganggap vaksinasi merupakan sebuah keharusan dan menjadi salah satu kunci dalam menghadapi pandemi Covid-19. Namun, saat ini vaksinasi masih tergolong rendah terutama untuk lansia dan anak-anak.

“Kan yang baru divaksin barus 13 orang per 100 penduduk se-nasional. Baru DKI aja 56 per 100 penduduk. Harus diingat kelompok rawan seperti lansia itu cakupan vaksinasi masih rendah. Anak usia 12-17 tahun saja belum sampai 10 persen,“ jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fitri Sartina Dewi
Terkini