Kudeta Pemerintahan Guinea, Pejabat Dilarang Meninggalkan Negaranya

Bisnis.com,07 Sep 2021, 08:06 WIB
Penulis: John Andhi Oktaveri
Alpha Conde, Presiden Republik Guinea /presidentalphaconde.com

Bisnis.com, JAKARTA - Pejabat pemerintah Guinea dilarang meninggalkan negara itu sampai pemberitahuan lebih lanjut dan jam malam yang diberlakukan di daerah pertambangan telah dicabut, kata pemimpin unit tentara yang menggulingkan Presiden Alpha Conde.

Pemimpin kudeta Kolonel Mamadi Doumbouya, mantan perwira legiun Prancis mengatakan kepada para menteri Conde bahwa mereka juga harus menyerahkan kembali kendaraan dinas mereka. Hal yang sama berlaku bagi perdana menteri dan pejabat tinggi pemerintah.

“Tidak akan ada balas dendam,” kata Mamadi sehari setelah kudeta yang menuai kecaman internasional dan ancaman sanksi.

Pengambilalihan di negara Afrika Barat yang memegang cadangan bauksit terbesar di dunia itu membuat harga logam meroket ke level tertinggi dalam 10 tahun kemarin. Alasannya karena ada kekhawatiran gangguan pasokan meski belum ada indikasi gangguan tersebut.

Lalu lintas lancar kembali, dan beberapa toko dibuka kembali di sekitar distrik administratif utama Kaloum di kaawasan ibu kota Conakry usai kudeta.

Pada Minggu kota itu menyaksikan tembakan keras sepanjang hari ketika pasukan khusus memerangi tentara yang setia kepada Conde.

Seorang juru bicara militer mengatakan di televisi bahwa perbatasan darat udara juga telah dibuka kembali sepperti dikutip Aljazeera.com, Selasa (7/9/2021).

Akan tetapi, ketidakpastian tetap ada. Sementara satu unit tentara menahan Conde dan mengatakan di televisi pemerintah bahwa mereka telah membubarkan pemerintah dan konstitusi. Hanya saja cabang-cabang lain dari tentara belum memberikan komentar secara terbuka.

Doumbouya mengatakan di televisi pemerintah pada hari Minggu bahwa “kemiskinan dan korupsi endemik” telah mendorong pasukannya untuk mencopot Conde dari jabatannya.

Nicolas Haque dari Aljazeera melaporkan dari Senegal bahwa pemimpin kudeta itu mengatakan akan membentuk pemerintah persatuan nasional, tetapi belum memberikan batas waktu kapan akan melakukan itu dan kerangka kerja apa yang akan dijalankan.

Kudeta tersebut mendapat kecaman dari beberapa sekutu terkuat Guinea. PBB dengan cepat mengecam pengambilalihan itu. Baik Uni Afrika maupun blok regional Afrika Barat telah mengancam akan menjatuhkan sanksi.

Dalam sebuah pernyataan semalam, Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa kekerasan dan tindakan ekstra-konstitusional dapat mengikis prospek Guinea untuk stabilitas dan kemakmuran.

"Tindakan ini dapat membatasi kemampuan Amerika Serikat dan mitra internasional Guinea lainnya untuk mendukung negara itu," menurut pernyataan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fitri Sartina Dewi
Terkini