Bisnis.com, JAKARTA – PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) berencana melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dauhulu (PMHETD) atau rights issue.
Berdasarkan keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) bank milik konglomerat Chairul Tanjung ini akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 11 miliar saham dengan nilai nominal Rp100 per saham dalam rights issue ini.
“Jumlah saham tersebut setara dengan 94 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan,” tulis perseroan dalam keterbukaan informasi, dikutip Kamis (9/9/2021).
Adapun harka pelaksanaan akan ditetapkan kemudian dalam prospektus PMHMETD dengan memperlihatkan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
PT Mega Corpora selaku pemegang saham pengendali perseroan memiliki opsi untuk mengalihkan sebagian atau seluruh hak dalam rights issue ini kepada investor
Adapun POJK mengatur bahwa apabila setelah terjadinya pengambilalihan, perseroan melakukan aksi korporasi yang mengakibatkan terpenuhinya kepemilikan masyarakat paling sedikit 20 persen, maka kewajiban mengalihkan saham yang dikuasai akibat Penawaran Tender Wajib sehingga kepemilikan melebihi 80 persen tidak berlaku.
Pemegang saham yang tidak melaksanakan HMETDnya akan terkena dilusi kepemilikan maksimum 48,49 persen dari persentase kepemilikan saham dalam Perseroan.
Dilusi ini mengacu pada dengan asumsi bahwa HMETD PT Mega Corpora dapat diambil sebagian oleh investor strategis dan sebagian dilaksanakan oleh PT Mega Corpora, dan seluruh pemegang saham publik mengambil bagian atas HMETD yang menjadi haknya, baik melalui pelaksanaan HMETD maupun pemesanan saham tambahan bilamana terdapat sisa saham dalam porsi publik.
Bank dengan kode saham BBHI ini membukukan laba senilai Rp 22,9 miliar pada paruh pertama tahun 2021. Berdasarkan laporan interim yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), laba tersebut terpangkas 30,31 persen dari periode sama tahun lalu yang senilai Rp 32,86 miliar.
Kendati demikian, perseroan membukukan kenaikan kinerja operasional cukup baik lantaran pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) naik cukup signifikan sebesar 80,76 persen secara tahunan, dari Rp29,58 miliar menjadi Rp 53,47 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel