Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) akan menempuh sejumlah strategi agar pertumbuhan kredit bank only pada tahun ini mencapai 7 persen.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin menuturkan bahwa perseroan akan mempertajam strategi bisnis wholesales dan ritel. Langkah ini dilakukan lewat memaksimalkan potensi rantai nilai pada ekosistem nasabah wholesales.
Bank Mandiri juga akan mengoptimalkan potensi bisnis dan sektor unggulan di wilayah, serta menyalurkan kredit secara prudent pada targeted customer. Perseroan juga berupaya melakukan inovasi dan pengembangan produk perbankan digital yang andal.
“Bank Mandiri optimistis kredit secara bank only mampu tumbuh 6 hingga 7 persen secara tahunan pada akhir tahun 2021, tentunya dengan tetap memprioritaskan pertumbuhan secara berkualitas,” ujarnya dalam paparan publik, Rabu (8/9/2021).
Ahmad Siddik mengatakan komitmen itu akan diimplementasikan melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang merupakan program andalan pemerintah untuk menyediakan akses terhadap pelaku UMKM pada pembiayaan.
Bank Mandiri sejauh ini telah menyalurkan KUR sebesar Rp19,68 triliun pada akhir paruh pertama tahun ini atau 63,5 persen dari target 2021. Adapun jumlah penerima lebih dari 200.000 debitur UMKM dengan kualitas yang terjaga baik.
Pada program restrukturisasi kredit terdampak pandemi, Bank Mandiri telah memberikan persetujuan restrukturisasi debitur terdampak pandemi kepada lebih dari 548.000 debitur dengan nilai persetujuan sebesar Rp126,5 triliun.
Dari nilai tersebut, hingga Juni 2021, total baki debet restrukturisasi Covid-19 sebesar Rp 96,5 triliun. Sebanyak 62 persen dari total debitur restrukturisasi tersebut merupakan pelaku usaha UMKM.
Sementara itu, sepanjang semester I/2021, BMRI meraih pertumbuhan kredit 16,4 persen secara tahunan menjadi Rp1.014,3 triliun. Pertumbuhan ini ditopang segmen wholesale banking yang tumbuh 7,13 persen yoy menjadi Rp534,2 triliun per akhir kuartal/II 2021.
Pembiayaan ke segmen UMKM tercatat naik 20,1 persen secara tahunan menjadi Rp98,3 triliun. Penyaluran kredit tersebut dilakukan secara prudent kepada targeted customer dengan mempertimbangkan sektor yang masih potensial dan pemulihannya lebih cepat.
Dengan demikian, diharapkan dapat menghasilkan kualitas kredit yang cukup baik dengan rasio NPL Gross sebesar 3,08 persen, turun 21 bps dari kuartal II tahun lalu.
Capaian ini juga diikuti dengan inisiatif untuk terus membentuk rasio cakupan atau coverage ratio di level konservatif, yakni di kisaran 221,87 persen atau meningkat 26,35 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel