Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) melesat setelah perseroan mengumumkan rencana penambahan modal lewat rights issue sebanyak-banyaknya 11 miliar saham dengan nilai nominal Rp100 per saham.
Jumlah tersebut setara dengan 94,15 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan. Rencana aksi itu akan dimintakan persetujuanya dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan diselenggarakan pada 15 Oktober 2021.
Harga saham BBHI berada di level Rp2.730 atau naik 20,26 persen pada perdagangan hari ini, Jumat (10/9/2021) pukul 11.16. Sepanjang perdagangan, harga saham BBHI bergerak di rentang Rp2.270-Rp2.790 dengan volume saham yang diperdagangkan sebesar 35,41 juta saham dan nilai transaksi Rp92,29 miliar.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan kenaikan harga saham Allo Bank tidak lepas dari sentimen rencana rights issue dan peluang masuknya investor baru melalui aksi korporasi tersebut.
"Saya melihat ada hubungannya dengan rights issue dan masuknya investor strategis ke Allo Bank," katanya, Jumat (10/9/2021).
Trioksa mengatakan aksi right issue akan semakin memperkuat permodalan Allo Bank. Demikian pula, masuknya investor strategis akan memperkuat posisi Allo Bank sebagai bank digital.
"Hal inilah yang membuat ekspektasi tinggi kepada kinerja Allo Bank di masa yang akan datang," imbuhnya.
Dalam keterbukaan informasi terkait rencana rights issue yang disampaikan kepada Bursa, PT Mega Corpora memiliki opsi untuk dapat mengalihkan sebagian atau seluruh dari HMETD yang menjadi haknya kepada investor. Hal tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 21 ayat 4 POJK 9/2018 yang mengatur bahwa apabila setelah terjadinya pengambilalihan, perseroan melakukan aksi korporasi yang mengakibatkan terpenuhinya kepemilikan masyarakat paling sedikit 20 persen, maka kewajiban mengalihkan saham yang dikuasai akibat Penawaran Tender Wajib, sehingga kepemilikan melebihi 80 persen tidak berlaku.
Selain itu, dengan asumsi HMETD Mega Corpora dapat diambil sebagian oleh investor strategis dan sebagian dilaksanakan oleh Mega Corpora serta seluruh pemegang saham publik mengambil bagian atas HMETD yang menjadi haknya, baik melalui pelaksanaan HMETD maupun pemesanan saham tambahan bilamana terdapat sisa saham dalam porsi publik, maka bagi pemegang saham yang tidak melaksanakan HMETD-nya akan terkena dilusi kepemilikan maksimum sebesar 48,49 persen dari persentase kepemilikan saham dalam perseroan.
Sebagai informasi, saat ini saham Allo Bank, yang sebelumnya bernama Bank Harda, dimiliki oleh Mega Corpora sebesar 90,00 persen, masyarakat dengan kepemilikan di bawah 5 persen sebesar 9,97 persen, dan Ali Gunawan sebesar 0,03 persen. Allo Bank merencanakan menggunakan dana hasil PMHMETD, setelah dikurangi dengan biaya emisi untuk memperkuat struktur permodalan dalam rangka meningkatkan modal inti menjadi KBMI yang termasuk dalam kelompok KBMI 2 sebagaimana dimaksud dalam POJK 12/2021. Selanjutnya, dana akan digunakan untuk pengembangan usaha BBHI termasuk mengembangkan kegiatan usaha dalam bidang kredit dengan inovasi teknologi atau yang dikenal dengan bank digital.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel