Grab: 78 Persen Konsumen di Asia Tenggara Gemar Pesan Makanan via Daring

Bisnis.com,13 Sep 2021, 14:04 WIB
Penulis: Rahmi Yati
Ilustrasi pengemudi ojek daring Grab./Reuters-Beawiharta

Bisnis.com, JAKARTA - Grab merilis laporan 'Tinjauan Industri Pengiriman Makanan 2021’ dalam kemitraan dengan Euromonitor International. Dalam laporan tersebut, didapati bahwa 78 persen konsumen di kawasan Asia Tenggara menggunakan layanan pengantaran makanan.

Group Managing Director for Operations di Grab Russell Cohen mengatakan bahwa sekitar satu dari empat (26 persen) konsumen yang disurvei di wilayah regional tersebut adalah pengguna baru layanan pengantaran makanan online selama pandemi.

Menurutnya, motivasi utama konsumen untuk mencoba layanan ini adalah menghindari kegiatan makan di luar dan meminimalisir kontak dengan orang lain. Selain itu mereka juga memesan makanan bagi keluarga dan teman, serta menikmati promosi eksklusif yang hanya tersedia di platform pengantaran online.

"Pada periode Oktober 2020 hingga Maret 2021, 78 persen konsumen di kawasan Asia Tenggara dikatakan menggunakan layanan pengantaran makanan setidaknya seminggu sekali atau lebih. Selain itu, hampir 9 dari 10 konsumen [87 persen] juga mengharapkan angka penggunaan yang tetap stabil bahkan meningkat ke depannya meskipun aturan pembatasan Covid-19 sudah dilonggarkan," ujarnya dalam siaran pers, Senin (13/9/2021).

Cohen menyebut selain kondisi pandemi Covid-19 yang mempercepat adopsi pengantaran makanan di Asia Tenggara, apresiasi positif dari layanan pengantaran makanan juga akan membawa kontribusi pada pertumbuhan layanan yang berkelanjutan.

"Kemudahan layanan pengantaran makanan kiranya menjadi alasan nomor satu bagi keberlanjutan dan meningkatnya penggunaan layanan di masa pasca pandemi," tambahnya.

Dia memperkirakan jumlah pengeluaran pengantaran makanan online Asia Tenggara akan terus bertumbuh khususnya di pasar negara berkembang seperti Myanmar, Vietnam, dan Filipina, dengan total nilai Gross Merchandise Value (GMV) pengantaran makanan online di kawasan tersebut diperkirakan menjadi lebih dari tiga kali lipat lebih tinggi dari US$9 miliar pada 2020 menjadi US$28 miliar pada 2025.

Menanggapi tren ini, Cohen menilai dengan peningkatan infrastruktur dan konektivitas, gelombang pertumbuhan berikutnya akan datang dari kota-kota kecil. Pihaknya juga akan terus berinvestasi dalam teknologi untuk menurunkan keseluruhan biaya pengantaran dan biaya yang dikeluarkan untuk melayani konsumen, agar layanan pengantaran on-demand menjadi lebih terjangkau dan dapat diakses lebih banyak orang.

“Pandemi telah mempercepat pergeseran perilaku konsumen untuk membeli makanan dan bahan makanan secara online. Namun, penetrasi pengantaran bahan makanan online sangat rendah di kawasan ini, hanya di atas 1 persen di sini dibandingkan dengan 8 persen di China dan 9 persen di AS," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini