Vale (INCO) Pernah Tolak Proyek Cuan US$40 Juta per Tahun

Bisnis.com,15 Sep 2021, 20:09 WIB
Penulis: Rayful Mudassir
Pekerja mengeluarkan biji nikel dari tanur dalam proses furnace di smelter PT. Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Sabtu (30/3/2019). /Antara-Basri Marzuki

Bisnis.com, JAKARTA — CEO dan Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) Febriany Eddy berbagi cerita menarik perusahaan yang kini dipimpinnya itu sempat menolak proyek dengan keuntungan hingga US$40 juta per tahun. 

Cerita itu disampaikannya saat menjadi pembicara Webinar for Energy pada Selasa (14/9/2021) malam. Proyek itu berhubungan dengan penggunaan energi listrik batu bara. 

“Kami sebenarnya ada proyek konversi batu bara, jadi dari minyak di tanur pengering dan tanur reduksi, kita konversikan ke batu bara. Sudah jalan setengah. Nah sisanya itu kalau dijalankan bisa memberikan keuntungan US$40 Juta per tahun. Tapi dengan berat hati kami cancel proyek ini,” terangnya.

Pembatalan proyek tersebut kata dia berhubungan dengan komitmen perusahaan mematuhi persetujuan paris (Paris Agreement) untuk mengurangi emisi karbon pada 2030 dan karbon netral pada 2050. 

Menurutnya, upaya menurunkan emisi karbon bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Langkah ini juga harus dilakukan bersama-sama termasuk dari perusahaan pertambangan. 

“Di sini menekankan bahwa memang kadang-kadang mengambil keputusan itu sulit sekali. Karena nulisnya di paper di power point gampang tapi mengambil keputusan cancel keputusan US$40 juta itu luar biasa susah.”

Namun, sekali lagi, dia menegaskan hal itu merupakan dampak dari komitmen yang memiliki segala konsekuensi. "Ini adalah komitmen dari keberlanjutan kami,” katanya.

Dia menjelaskan perusahaan telah memulai komitmen menggunakan energi bersih sejak 1978 dengan membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Kini perusahaan telah memiliki tiga PLTA dengan kapasitas daya 365 Mw. 

Kapasitas tersebut berkontribusi sekitar 36 persen total energi yang dibutuhkan perusahaan. Keberadaan PLTA ini kata dia juga menjadi penolong saat harga nikel anjlok menjadi US$9.000/ton dunia beberapa tahun lalu. Keberadaan pembangkit itu menjadikan Vale tetap bertahan di masa sulit. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini