Emas Lesu, Data Penjualan Ritel AS Menguat

Bisnis.com,17 Sep 2021, 05:42 WIB
Penulis: Hadijah Alaydrus
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk. Harga emas dunia mendekati level US$2.000 per troy ounce dan diperkirakan akan terus menguat seiring dengan pelemahan dolar AS./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas terpantau turun pada akhir perdagangan Jumat pagi (17/0/2021) di Asia, setelah data penjualan ritel Amerika Serikat yang kuat mendorong dolar AS lebih tinggi dan memberi amunisi untuk sepekulasi bahwa Federal Reserve dapat mempercepat pengurangan pembelian asetnya.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, anjlok US$38,1 atau 2,12 persen menjadi ditutup pada US$1.756,70 per ounce. Sebelumnya, Rabu (15/9/2021), emas berjangka juga merosot US$12,3 atau 0,68 persen menjadi US$1.794,8.

Emas berjangka terangkat US$12,7 atau 0,71 persen menjadi US$1,807,10 pada hari Selasa (14/9/2021) setelah naik US$2,3 atau 0,13 persen menjadi US$1.794,40 pada hari Senin (13/9/2021), dan melemah US$7,9 atau 0,44 persen menjadi US$1.792,10 pada hari Jumat (10/9/2021).

Departemen Perdagangan AS melaporkan pada hari Kamis (16/9/2021) bahwa penjualan ritel AS naik 0,7 persen yang disesuaikan secara musiman pada bulan Agustus, menyusul penurunan 1,8 persen pada bulan Juli. Data tersebut mendorong dolar dan imbal hasil obligasi AS lebih tinggi sehingga mengurangi permintaan emas.

Ahli strategi pasar senior di RJO Futures Bob Haberkorn mengatakan bahwa emas telah mendapat pukulan yang cukup besar dengan kenaikan dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah dan data yang lebih kuat.

Kecuali ada beberapa peristiwa geopolitik atau kejutan dari Fed, menurut Haberkorn, lintasan emas tidak mungkin berubah menjelang pertemuan FOMC.

Harga emas juga mendapatkan sedikit dukungan dari kelesuan pasar tenaga kerja, dengan klaim pengangguran awal datang sedikit lebih tinggi dari yang diperkirakan minggu lalu.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim tunjangan pengangguran awal naik 20.000 menjadi 332.000 dalam pekan yang berakhir pada tanggal 11 September.

"Angka penjualan ritel yang kuat menunjukkan sentimen konsumen mulai kembali, indikator yang baik bagi The Fed untuk membawa ekspektasi pada kenaikan suku bunga berikutnya," kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago.

Fokus sekarang beralih ke pertemuan Fed 21—22 September.

"Ada banyak anggota di FOMC yang mendukung dimulainya pengurangan pembelian obligasi tahun ini. Oleh karena itu, prospek emas tidak positif," kata analis Quantitative Commodity Research Peter Fertig.

Penghentian langkah-langkah dukungan ekonomi tidak hanya meredupkan status emas sebagai tempat berlindung yang aman—yang dipicu oleh pandemi—, tetapi kenaikan suku bunga berikutnya berarti peningkatan peluang kerugian untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas.

Selain emas, perak untuk pengiriman pada bulan Desember turun 1,007 dolar AS atau 4,23 persen menjadi ditutup pada 22,794 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 7,2 dolar AS atau 0,77 persen menjadi ditutup pada 923,3 dolar AS per ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini