Hexindo (HEXA) Incar Pendapatan US$359,4 Juta, Jual Alat Berat 1.626 Unit

Bisnis.com,20 Sep 2021, 07:50 WIB
Penulis: Dwi Nicken Tari
Excavator Hitachi dan BELL Articulated Dump Trucks. Dua produk milik PT Hexindo Adiperkasa Tbk. (HEXA)/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten alat berat PT Hexindo Adiperkasa Tbk. menargetkan pendapatan mencapai US$359,4 juta pada tahun fiskal 2021 dengan target kuantitas penjualan produk sebesar 1.626 unit.

Direktur Hexindo Yoshendri mengatakan perseroan membidik total pendapatan senilai US$359,4 juta dan pendapatan bersih US$31,35 juta untuk periode Juli 2021 - Juni 2022.

“Untuk kuantitas penjualan alat berat kami targetkan penjualan total sebesar 1.626 unit,” kata Yoshendri dalam paparan publik, pekan lalu.

Presiden Direktur Hexindo Djonggi Gultom menambahkan pada kuartal pertama tahun fiskal 2021 ini terlihat kondisi pasar alat berat cukup bergairah yang terlihat dari tingginya permintaan dari pelanggan.

Dia mengatakan kenaikan harga komoditas terutama batu bara, nikel, hingga CPO mendorong permintaan alat berat pada periode Juli - September 2021.

“Jadi kami juga sampai saat ini masih mengalami shortage stock, cukup kewalahan untuk memenuhi permintaan pelanggan kami. Namun demikian, seiring dengan berjalannya waktu, suplai dari pabrikan kami menjadi lebih baik dan ada terjadi percepatan,” kata Djonggi.

Direktur Hexindo Dwi Swasono menambahkan perseroan juga memiliki strategi memperkuat layanan kepada pelanggan untuk dapat mencapai target. Dia menyebut emiten dengan kode saham HEXA ini memiliki pelanggan yang sangat loyal dan sudah memiliki kontrak baik dengan perseroan maupun dengan pemilik proyek.

“Kami optimistis selama dukungan kami kepada pelanggan ini terus ditingkatkan atau setidaknya sama seperti sebelumnya, paling tidak ini yang kami jaga untuk bisa mencapai asa mencapai target tahun fiskal 2021,” ujar Dwi.

Dilihat dari sektornya, HEXA memperkirakan permintaan dari sektor agribisnis dan kehutanan masih akan mendominasi penjualan saat ini. Namun, untuk posisi ketiga kemungkinan bakal digantikan oleh sektor nikel yang sebelumnya berada di posisi keempat diikuti oleh sektor konstruksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini