Sektor Teknologi Bernasib Cerah, Ini Outlook Manulife AM

Bisnis.com,20 Sep 2021, 14:49 WIB
Penulis: Pandu Gumilar
Direktur Consumer Banking PT Bank Mega Tbk. Diza Larentie (kanan) berbincang dengan Presiden Direktur PT Manulife Aset Management Indonesia (MAMI) Legowo Kusumonegoro di sela-sela penandatanganan kerja sama di Jakarta, Rabu (15/5/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menilai sektor teknologi memiliki prospek jangka panjang yang menarik.

Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan mengatakan Indonesia memiliki populasi yang besar sehingga potensi ekonomi digital Indonesia juga sangat besar.

“Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia dapat mencapai 23 persen per tahun hingga 2025, menjadi yang terbesar di ASEAN. Sementara itu sektor teknologi belum direpresentasikan dengan baik di IHSG, di mana bobot sektor teknologi di IHSG hanya sekitar 6,5 persen,” katanya dalam keterangan resmi pada Senin (20/9/2021).

Sementara berkaca dari indeks saham luar negeri, sektor teknologo memiliki bobot yang sudah jauh lebih tinggi, seperti pada indeks MSCI Asia Pacific di kisaran 18,8 persen. Lalu di MSCI World yang mencapai 22,5 persen.

Maka itu menurutnya peningkatan bobot sektor teknologi di pasar saham Indonesia dapat meningkatkan daya tarik Indonesia di mata investor. Oleh karena itu dia optimistis terhadap sektor teknologi dan peranannya yang dapat semakin meningkat di pasar saham Indonesia.

Sebagai informasi, riset dari Google, Temasek, dan Bain memperkirakan ekonomi digital Indonesia dapat tumbuh 23 persen per tahun hingga 2025. Jumlah itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan PDB nominal Indonesia.

Adapun saham sektor teknologi di IHSG mencatat kinerja tertinggi sepanjang tahun ini hingga Agustus sebesar 486,7 persen.

Selain itu, Katarina merekomendasikan investor untuk menyesuaikan dengan profil risiko dan tujuan finansial investor karena kedua faktor tersebut akan lebih berpengaruh pada kinerja jangka panjang portofolio. Di lain pihak, market timing dapat meningkatkan risiko kehilangan momentum pasar atau risiko pengambilan keputusan yang salah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini