Masuk Musim Taper Tantrum IHSG Makin Volatil

Bisnis.com,20 Sep 2021, 21:34 WIB
Penulis: Pandu Gumilar
Karyawan melintas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/5/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Memasuki musim taper tantrum Indeks Harga Saham Gabungan diprediksi akan semakin volatil.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan IHSG berpotensi bearish hingga akhir pekan. Pasalnya, pasar global tengah mengalami musim taper tantrum.

“Kita akan menghadapi fase taper tantrum yang telah dinantikan cukup lama,” katanya kepada Bisnis ke Senin (20/9/2021).

Maximilianus mengatakan bank Korea Selatan telah lebih dulu menaikkan suku bunga sebelum FOMC Meeting digelar. Dia mengatakan hal itu akan diikuti oleh Selandia Baru dan Australia.

Menurutnya itu adalah langkah antisipatif sebelum taper tantrum terjadi. Dia memperkirakan 55 persen akan terjadi pada akhir 2021 atau awal 2022.

Adapun masa taper tantrum dia perkirakan antara 6 hingga 9 bulan. “Memang taper tantrum mungkin tidak terlalu berpengaruh bagi ekonomi Indonesia karena kita sudah belajar. Tapi market kuat nggak? Secara volatilitas pasti akan ada dampak sementara tidak selama 2013,” katanya.

Senada dengan Maximilianus, Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang menegaskan sejauh ini tidak ada sentimen positif yang meliputi pergerakan IHSG. Oleh sebab itu dia berpendapat, pasar akan terus melanjutkan tren penurunan.

Edwin memperkirakan sampai dengan akhir September IHSG akan cenderung bergerak pada level 6.000 sampai dengan 6.292.

“[Market] tergantung dari hasil FOMC Meeting pada 21 sampai dengan 22 September. Jika nadanya negatif maka bisa jadi sepanjang minggu ini bearish,” katanya kepada Bisnis pada Senin (20/9/2021).

Pada hari ini, IHSG dtutup terkoreksi 0,93 persen setelah sepanjang perdagangan terus tersungkur. IHSG terpantau parkir di level 6.076 terkoreksi 56,93 poin.

Edwin mengatakan koreksi IHSG dipengaruhi oleh bangkrutnya perusahaan properti terbesar nomor dua di China Evergrande, dengan utang senilai US$300 miliar. Hal itu kemudian berdampak kepada tajamnya kejatuhan Indeks Hangseng 788 poin atau minus 3,16 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini