Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat seiring dengan membaiknya perekonomian dan ketahanan eksternal Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa ekonomi domestik mulai kembali menunjukkan tren pemulihan pada Agustus 2021, setelah sempat melambat pada Juli 2021 akibat kebijakan pengetatan mobilitas.
Dari sisi ketahanan eksternal, BI memperkirakan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada tahun ini akan mencapai kisaran yang rendah, yaitu sebesar 0,6 hingga 1,4 persen dari PDB.
Cadangan devisa Indonesia pun tercatat tinggi, mencapai Us$144,8 miliar pada Agustus 2021, setara dengan pembiayaan 9,1 bulan impor atau 8,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
“Dengan ekonomi Indonesia yang membaik, defisit transaksi berjalan yang rendah, jumlah cadangan devisa yang besar, dan juga dengan perbaikan-perbaikan terus, ada kecenderungan nilai tukar rupiah menguat atau setidaknya akan stabil,” katanya dalam konferensi pers virtual, Selasa (21/9/2021).
BI mencatat, nilai tukar rupiah pada 20 September 2021 menguat 0,94 persen secara rerata dan 0,18 persen secara point to point dibandingkan dengan level Agustus 2021.
Penguatan tersebut didorong oleh persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik, terjaganya pasokan valas domestik, serta langkah-langkah stabilisasi BI.
Sementara secara year-to-date (ytd), rupiah sampai dengan 20 September 2021 masih mencatat depresiasi sebesar 1,35 persen dibandingkan dengan level akhir 2020.
Perry mengatakan depresiasi tersebut masih relatif lebih rendah dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Malaysia, Filipina, dan Thailand.
“BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel