Bisnis.com, SOLO - Penafsiran mimpi Nabi Yusuf ternyata banyak menginspirasi sebagian kalangan yang bergerak di bidang investasi.
Dikisahkan, Nabi Yusuf meramalkan mimpi Raja Mesir yang bercerita mengenai tujuh sapi gemuk dimakan tujuh sapi kurus dan tujuh bulir gandum hijau dimakan tujuh bulir gandum kering.
Mimpi tersebut memiliki arti bahwa kerajaan yang dipimpin oleh sang raja akan mengalami kemakmuran selama 7 tahun. Namun kerajaan juga akan mengalami paceklik selama 7 tahun.
Dari situ, Nabi Yusuf meminta Raja untuk menyimpan baik-baik hasil panen selama 7 tahun untuk menghadapi kesusahan di 7 tahun berikutnya.
Kisah mengenai Nabi Yusuf tersebut kemudian diaplikasikan oleh Direktur Strategi dan Kepala Makro Ekonomi Bahana Budi Hikmat.
Dari segi ekonomi, investasi ala Nabi Yusuf perlu mementingkan beberapa aspek seperti: Apa yang ditanam, Kapan mulai menanam, Bagaimana cara menanam, Cara memanen dan Cara menikmati hasil panen.
Sebelum mulai terjun ke dalam dunia saham, kita harus bisa memperhatikan aspek tabungan, cara berinvestasi dan mengatur keuangan.
Sistem tabur (invest) dan tuai (harvest) menjadi faktor penting saat kita sedang menanam saham.
Jika semua aspek telah terpenuhi dan tak ada kendala, maka kita bisa merasakan yang namanya financial freedom.
Investasi Nabi Yusuf, bagi Budi, adalah sebuah proses menanam keuntungan.
Para penanam saham juga harus memperhatikan aspek daya beli 'investasi' yang sedang ditabur.
Menurutnya, ada tiga hal penting dalam instrumen investasi: saham, obligasi dan pasar uang.
Ketiga instrumen tersebut bisa diinvestasikan melalui wadah reksadana dengan memperhatikan fase pertumbuhan, proteksi dan distribusi.
Lebih lanjut, perlu adanya pengelolaan aset investasi yang bertumbuh dalam kepemilikan properti dan reksa dana saham.
Hasil dari alokasi saham bergerak itu bisa membuat kita merasakan kenikmatan sebelum masa tua.
Budi kemudian membagikan resep "seratus dikurangi umur", untuk mencapai kenikmatan, atau menuai saham, di masa tua.
Dengan investasi ala Nabi Yusuf, orang tua bisa memiliki aset dan sejahtera.
Sejahtera yang dimaksudkan yakni memiliki cash flow untuk menghidupi biaya sehari-hari.
"Orang tua melepas aset yang bisa liquidity, yang dibeli oleh anak muda, investasi berkala, cicil," ucap Budi dalam video Bisnis.com di Dailymotion.
Budi kemudian mengatakan bahwa anak muda seharusnya diajarkan untuk investasi bukan menabung.
"Supaya anak muda kita tidak pasif, belajar menghadapi risiko. Ingat risiko itu diduga berasal dari bahasa Inggris risk yang kita kenal, tapi diduga juga dari bahasa Arab rizki, yang artinya rezeki. Kemampuan kita mengelola risk memberikan kita rezeki," ucap Budi.
Investasi ala Nabi Yusuf ini pada intinya adalah kita harus siap bersakit-sakit dahulu, untuk merasakan senang di kemudian hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel