Erick Thohir: Pasar Modal Indonesia Bisa Jadi Nomor 1 di Asia Tenggara

Bisnis.com,29 Sep 2021, 09:59 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika
Menteri BUMN Erick Thohir saat RDP dengan Komisi VI DPR membahas usulan PMN 2022, Kamis (8/7/2021).

Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan pasar modal Indonesia yang positif perlu ditopang dengan kebijakan yang optimal. Kolaborasi antar pemangku kepentingan dan regulasi yang jelas diyakini dapat membawa bursa Indonesia menjadi yang terbaik di Asia Tenggara.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pasar modal Indonesia harus terus dikembangkan untuk semakin terlibat dalam pertumbuhan ekonomi negara.

“Pasar modal kita ini sangat besar dan tidak banyak negara yang memiliki posisi seperti kita. Aset pasar kita adalah aset yang mahal dan tidak sekedar diperdagangkan banyak pihak,” jelasnya dalam Seremoni Right Issue BRI, Rabu (29/9/2021).

Ia melanjutkan, pihaknya dengan Bursa Efek Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan terus berkolaborasi untuk mendorong perkembangan pasar modal dalam negeri. Menurutnya, dengan kerja sama yang optimal, bursa Indonesia dapat menjadi pasar modal nomor 1 di wilayah Asia Tenggara.

Erick mengatakan, saat ini banyak bursa di luar negeri yang pertumbuhannya melambat. Bahkan, ada beberapa pasar modal yang mencatatkan pertumbuhan negatif.

“Dengan market yang besar dan kebijakan-kebijakan yang benar, dampak pertumbuhan ekonomi ini akan dirasakan di Indonesia sendiri, bukan di negara lain,” katanya.

Seiring dengan hal tersebut, ia mengatakan Kementerian BUMN akan mendorong banyak perusahaan-perusahaan pelat merah untuk melantai di bursa atau go public. Kebijakan ini merupakan salah satu bentuk transparansi dan profesionalisme perusahaan-perusahaan milik negara.

“Kemunculan BUMN di lantai bursa domestik diharapkan dapat menopang pertumbuhan pasar modal Indonesia,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini