Bisnis.com, JAKARTA – Pencapaian Bank Mandiri selama 23 tahun tidak terlepas dari peran-peran hebat para karyawan dan pemimpinnya. Salah satunya adalah direktur pertama perseroan, yakni Mulyo Hardjoko.
Dalam perayaan HUT ke-23, yang digelar secara hybrid, Sabtu (2/10/2021), Bank Mandiri memberikan apresiasi terhadap Mulyo Hardjoko atas dedikasinya membangun perseroan.
Mulyo Hardjoko merupakan Direktur Utama Bank Mandiri ketika perseroan berdiri pada 2 Oktober 1998. Dia merupakan sosok penting dalam tonggak sejarah lahirnya emiten bank bersandi BMRI tersebut.
Perjalanan karir Mulyo Harjoko tidak cukup lama. Majalah Tempo edisi 9 November 1998 mencatat bahwa Mulyo hanya menjabat sebagai Dirut Bank Mandiri selama satu bulan.
Posisinya saat itu digantikan oleh mendiang Robby Djohan, yang sebelumnya menduduki posisi Direktur Utama Garuda Indonesia. Adapun, Mulyo, setelah pergeseran itu kembali ke jabatan lamanya, yakni sebagai Direktur Utama PT Taspen.
Bank Mandiri hadir sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia guna menghadapi krisis pada periode 1998.
Pada Juli 1999, empat bank pemerintah, yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia dilebur menjadi Bank Mandiri.
Masing-masing bank tersebut memiliki peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.
Setelah melalui proses konsolidasi dan integrasi menyeluruh di segala bidang, Bank Mandiri berhasil membangun organisasi bank lebih solid dan mengimplementasikan core banking sistem baru yang terintegrasi.
Sejak didirikan, kinerja Bank Mandiri senantiasa mengalami perbaikan terlihat dari laba yang terus meningkat dari Rp1,18 triliun pada 2000 hingga mencapai Rp5,3 triliun pada 2004.
Sampai dengan semester I/2021, bank berlogo pita emas itu, membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp12,5 triliun atau tumbuh 21,45 persen secara tahunan (YoY).
Pertumbuhan laba terutama disokong oleh pendapatan bunga bersih sebesar 21,50 persen yoy menjadi Rp35,16 triliun. Selain itu, pendapatan berbasis jasa (fee based income) yang tumbuh 17,27 persen yoy menjadi Rp15,94 triliun turut menopang pertumbuhan laba.
Adapun penyaluran kredit naik 16,37 persen secara tahunan menjadi Rp1.014,3, sedangkan dana pihak ketiga (DPK) naik 19,73 persen secara tahunan menjadi Rp1.1692 triliun. Dari total DPK, komposisi dana murah sebesar 68,49 persen atau mencapai Rp800,8 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel