Pembelokan Tudingan atau Kritik 'Rokok vs Kesehatan' Disebut Whataboutism, Apa itu?

Bisnis.com,04 Okt 2021, 09:32 WIB
Penulis: Restu Wahyuning Asih
Seorang pria memegang kemasan rokok di Paris (25/9/2014)/Istimewa

Bisnis.com, SOLO - Kampanye anti-rokok yang baru-baru ini diserukan oleh Anies Baswedan rupanya menjadi perdebatan panjang di tengah masyaakat.

Gubernur tersebut mengeluarkan Seruan Gubernur (Sergub) DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2021 tentang Pembinaan Kawasan Merokok.

Anies pun meminta bawahannya untuk bergerak menutup iklan dan display rokok yang ada di fasilitas publik.

Kampanye anti-rokok ini kemudian menjadi bahasan yang ramai di media sosial Twitter.

Pro dan kontra terus dilontarkan perihal rokok yang memang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia.

Bahkan menurut WHO, Indonesia masuk ke jajaran negara dengan jumlah perokok paling banyak di dunia.

Perusahaan tembakau besar pun terus mendominasi pasar rokok di Indonesia.

Namun kini, seruan anti-rokok yang sedang dilakukan oleh Anies Baswedan menjadi masalah yang cukup pelik.

Ketika rokok disandarkan dengan efek kesehatan, banyak pengguna yang kemudian 'denial'.

Para pengguna rokok merasa bahwa kesehatan bergantung pada masing-masing individu.

Melansir akun Twitter Ismail Fahmi, pembelokan narasi rokok vs kesehatan pasti dikaitkan dengan gula.

Konsumen rokok yakin bahwa selain rokok, gula juga tidak menyehatkan bagi tubuh.

Pembelokan kritikan terhadap rokok kepada gula itulah yang disebut sebagai Whataboutism.

Kemudian akun Twitter Wikipedia Bahasa Indonesia, @idwiki, menuliskan bahwa Whataboutism sejatinya membelokkan tudingan dengan hal yang tidak setara.

"Whataboutisme adalah kesesatan berpikir di mana satu pihak membelokkan kritik/tudingan dari pihak lain dengan mengangkat isu lainnya yang dianggap setara (tetapi tidak relevan)," tulis @idwiki dikutip Bisnis pada Senin (4/10/2021).

"Contoh: Oke, rokok memang tidak menyehatkan. Bagaimana dengan gula? Gula juga tidak menyehatkan," lanjutnya.

Istilah Whataboutism sendiri berasal dari dua kata, 'What' dan 'About'.

Menurut Oxford Dictionaries, Whataboutism merujuk ke sebuah teknik retorika untuk membelokkan tudingan yang disampaikan oleh orang lain.

Pembelokan tudingan tersebut seringkali dengan mengangkat isu yang tidak setara.

Selain itu, Whataboutism masuk ke dalam kategori kesalahan logika yang pertama kali muncul saat perang dingin antara Uni Soviet dengan negara barat.

Taktik pembelokan kritik ini merebak di Rusia pasca-Soviet, ketika sedang membahas hak asasi manusia.

Ketika ditanyai mengenai hak asasi manusia, maka pembalasannya adalah 'What About (bagaimana dengan)....' dengan menyertakan contoh isu yang tengah ramai, namun tidak relevan.

Praktik soal Whataboutism sudah lama dilakukan.

Menurut Merriam-Webster, retorika Whataboutism pada umumnya dianggap sebagai bentuk 'tu quoque' yang artinya 'Kamu Juga'.

Dari bahasa latin tersebut, Whataboutism dianggap sebagai kekeliruan logika karena benar tidaknya pendapat di penuduh, tidak ada kaitannya dengan isu yang tengah dibahas.

Selain itu, taktik tersebut juga dilakukan untuk mengaburkan fakta-fakta yang tengah dipertanyakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Restu Wahyuning Asih
Terkini