Bisnis.com, JAKARTA - Platform dompet digital punya peran strategis sebagai tempat memperkenalkan beragam layanan finansial kepada masyarakat unbankable & underserved, terutama karena kemampuannya dalam memudahkan akses transaksi.
Hal ini terungkap dalam riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) bertajuk 'Peran GoTo Financial terhadap Inklusi Keuangan Indonesia Tahun 2021' dengan responden utama para pengguna ekosistem GoTo Financial, termasuk GoPay di dalamnya.
Riset kepada 5.639 konsumen dan 1.716 merchant GoTo Financial di 21 kota di Indonesia ini mengungkap bahwa 46 persen responden mengaku pertama kali mengakses transaksi nontunai dengan GoPay.
Selain karena menjadi 'cinta pertama', GoPay pun terus digunakan karena membantu transaksi tanpa harus ke ATM (62 persen), pertama kali paham pembayaran digital berkat GoPay (56 persen), menjadi dompet digital yang sering digunakan orang (45 persen), mendorong minat menggunakan layanan keuangan lain (26 persen).
Riset ini juga mengungkap fakta bahwa masih ada 20 persen dari responden pengguna GoPay yang tidak memiliki atau tidak menggunakan rekening bank secara aktif, seperti tabungan, transfer, atau belanja.
Secara terperinci, 8 persen mengaku ikut rekening bank keluarga seperti suami/istri atau orang tua, 6 persen memiliki rekening pribadi tapi hanya untuk mencairkan gaji, 4 persen hanya punya tapi tidak pernah menggunakannya, dan 1 persen tidak punya sama sekali, bahkan di lingkup keluarga.
Secara spesifik, Peneliti LD FEB UI, Alfindra Primaldhi mengungkap bahwa berkaitan layanan keuangan lanjutan yang ingin diakses, mayoritas pengguna GoPay tampak lebih berminat melakukan investasi, yaitu 31 persen.
Lainnya, 27 persen mengaku tertarik membuat rekening bank, 25 persen tertarik membuat rekening bank digital, 24 persen tertarik mengajukan pinjaman, 13 persen menginginkan akses kartu kredit, dan 9 persen beiminat membeli asuransi di dalam aplikasi.
"Artinya, selain membawa mereka punya pengalaman pertama soal transaksi digital, mereka jadi lebih sering menggunakan dompet digital dan akhirnya terdorong minatnya untuk menjajal layanan keuangan digital lainnya. Jadi dompet digital menjadi seperti pintu awal adopsi layanan finansial lain buat mereka," ujarnya, Selasa (5/10/2021).
Adapun, terkait investasi secara lebih lanjut 62 persen responden telah menggunakan GoPay untuk transaksi investasi secara digital. Di mana 46 persen dari mereka memasuki reksa dana, 39 persen untuk emas, dan 25 persen untuk cryptocurrency.
"Bahkan, 1 dari 4 pengemudi roda dua termasuk mitra Gojek berinvestasi lewat GoPay. Sementara 3 dari 10 pengguna GoPay, mulai tingkat pendidikan SMP sampai perguruan tinggi, juga mengakses investasi digital di GoPay. Ini mencerminkan GoPay membuat akses ke investasi jadi terpikirkan oleh mereka, dan akhirnya membuat mereka tertarik mencoba," tambahnya.
Adapun, pertanyaan lanjutan ke responden di segmen unbanked (506 responden) yang notabene mereka dengan tingkat pendidikan dan penghasilannya rendah, 72 persen mengaku hanya punya akses lewat GoPay untuk malakukan transaksi secara online, sementara 28 persen mulai memiliki rekening setelah menggunakan GoPay.
Terakhir, terkait layanan pascabayar di ekosistem GoTo Financial, yaitu GoPayLater, 83 persen tidak memiliki akses kartu kredit. Di mana 80 persen memanfaatkan akses bayar tunda atau paylater ini untuk membayar layanan Gojek (80 persen), membayar tagihan (54 persen), dan belanja online (33 persen).
Turut hadir Kepala LD FEB UI Turro Wongkaren yang memaparkan bahwa akses inklusi keuangan dari dompet digital semakin berpengaruh besar karena bergesernya perilaku transaksi masyarakat di era pandemi Covid-19.
Sementara Wakil Kepala LD FEB UI Paksi C.K Walandouw memaparkan bahwa bukan hanya konsumen GoPay saja yang terbantu oleh ekosistem dompet digital, merchant GoBiz, GoKasir, Moka, GoStore, Midtrans, dan Selly pun merasa skala usahanya naik berkat adopsi pembayaran nontunai yang difasilitasi GoTo Financial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel