Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan startup invoicing B2B di Indonesia, Paper.id produk terbaru Buy Now Pay Later (BNPL/pay later) yang ditujukan untuk usaha kecil dan menengah.
Lewat peluncuran produk ini, Paper.id bertujuan untuk membantu mengatasi masalah utama UMKM selama pandemi Covid-19. Di mana banyak UMKM harus membatasi kegiatan bisnis mereka dan kesulitan dalam memenuhi permintaan konsumen tanpa sumber pendanaan bisnis di masa pandemi ini.
Platform yang sejak awal tahun telah memproses invoice senilai US$640 juta dan memvalidasi lebih dari 3.000 invoice untuk produk BNPL ini juga membuat produk Get Paid Faster, buat pelaku usaha yang belum membutuhkan skema BNPL.
"Fitur-fitur ini diharapkan dapat menjadi solusi pendanaan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh lebih dari 200.000 UMKM di Indonesia," ungkap CTO dan Co-Founder Paper.id Yosia Sugialam dalam keterangannya, Rabu (6/10/2021).
Paper.id menggandeng investor strategis, Buana Sejahtera Group, sebuah grup perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, logistik, dan perhotelan guna memperluas kapabilitas Paper.id dalam pendanaan bisnis dan penetrasi ke dalam supply chain konvensional.
"Berdasarkan data internal kami, kebanyakan UMKM dalam B2B hanya memiliki sedikit opsi untuk membayar supplier mereka, yakni dengan metode cash atau transfer bank saja. Kami memberikan lebih banyak opsi lewat produk BNPL dan pembayaran digital, seperti kartu kredit, terlepas apakah supplier mereka menyediakan metode pembayaran tersebut. Kabar baiknya, fitur-fitur tersebut akan dihadirkan bagi semua pengguna Paper.id," tambahnya.
Paper.id mengamati bahwa perusahaan yang menggunakan fasilitasi pendanaan, cenderung menggunakan pembayaran dan invoicing digital juga. Oleh sebab itu, ini menjadi indikasi positif dalam transformasi dan digitalisasi seluruh supply chain.
Simon Pratama selaku Direktur Buana Sejahtera Group, mengatakan alasannya berinvestasi pada sejumlah perusahaan, terutama perusahaan fintech lending dan payment di Indonesia yang dapat bersinergi dengan visi dan misi perusahaan.
"Kami melihat, Paper.id dengan berbagai keunggulan unik yang dimiliki, seperti invoicing, payment dan pendanaan bergerak sebagai startup yang bukan hanya membantu proses digitalisasi dan pendanaan dalam ekosistem kami, tapi juga membantu para pelaku usaha lainnya di supply chain lain di seluruh Indonesia," ujarnya.
Proses penggunaan produk ini dapat dimulai dari sisi supplier atau buyer. Dari sisi supplier, prosesnya dimulai dengan membuat invoice untuk buyer melalui platform invoicing Paper.id.
Setelah itu, buyer akan menerima dan mengecek apakah invoice telah sesuai dan mengandung data-data yang benar seperti info produk, jumlah, dan harga. Invoice yang telah divalidasi oleh supplier dan buyer dapat dicairkan lebih cepat dari jatuh tempo yang telah disepakati dengan biaya yang terjangkau.
Adapun, dari sisi buyer, mereka dapat memasukkan invoice pembelian atau permintaan pembayaran untuk membayar supplier mereka dengan berbagai opsi pembayaran digital, termasuk kartu kredit, terlepas apakah supplier memberikan opsi tersebut atau tidak.
Jika buyer membutuhkan perpanjangan tempo pembayaran, mereka dapat memilih metode pembayaran BNPL yang disediakan oleh Paper.id yang dapat dilunasi di kemudian hari. Alih-alih, membayar langsung atau satu minggu setelahnya, buyer bisa mendapatkan perpanjangan tempo hingga 30 hari.
CEO dan Co-Founder Paper.id Jeremy Limman menambahkan kondisi pandemi saat ini memberikan kesempatan yang unik bagi pihaknya untuk turut serta membantu menstabilkan keadaan UMKM dalam berbisnis.
"Selain itu, untuk sekaligus memberikan opsi lebih banyak untuk mengatasi masalah arus kas, baik secara finansial maupun operasional. Kedua solusi ini telah mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa bulan terakhir," ujarnya.
Sekadar informasi, Paper.id telah menyalurkan pembiayaan berbasis rantai pasok lebih dari US$10 juta dan mengklaim bahwa tingkat pembayaran digital naik 3 kali lipat sejak peluncuran kedua produk tersebut. Dalam 2 tahun terakhir, Paper.id telah memproses invoice dengan nilai kumulatif lebih dari US$1 miliar.
Selagi faktur dan pembukuan gratis masih terus berkembang, Paper.id melihat percepatan tingkat pertumbuhan dan adopsi melalui produk-produk pendanaan dan pembayaran digital melengkapi trifecta dalam transaksi B2B: invoice atau dokumen bisnis, pembayaran, dan pendanaan.
"Kami bersemangat melihat momentum ini dan melihat ke depan bahwa tidak hanya mengubah beberapa supply chain dari berbagai segmen, tapi juga memberdayakan banyak supplier dan buyer dengan opsi pembayaran dan pendanaan usaha yang mereka butuhkan," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel