Tips Cerdas Investasi ala Ellen May: Jangan Buru-buru Jual Saham Blue Chips

Bisnis.com,07 Okt 2021, 18:37 WIB
Penulis: Annisa Saumi
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan ponsel di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (6/10/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Pamor saham-saham blue chips beberapa waktu yang lalu sempat meredup dan banyak dilepas oleh investor. Padahal, saham-saham blue chips terbilang memiliki fundamental yang kuat.

CEO dan Co Founder Emtrade Ellen May menuturkan, ada beberapa saham yang bisa disimpan investor dalam jangka panjang, meskipun saham ini tengah mengalami penurunan harga atau rugi. Terutama, saham-saham yang memiliki fundamental kuat.

Sebaliknya, ada saham-saham yang jika dimiliki mengalami penurunan harga atau kerugian, harus segera cutloss.

"Sebenarnya bukan hanya masalah fundamental saja, tapi, juga likuiditas. Kalau fundamental bagus, tapi likuiditas atau bid offer-nya kecil, bagaimana cara kita profit taking itu juga susah," ujar Ellen, Kamis (7/10/2021).

Dia mengajak investor untuk mengingat beberapa emiten blue chips yang sempat mengalami penurunan harga beberapa waktu lalu.

"Ketika saya melakukan Instagram live, saya sebut beberapa emiten seperti ICBP, INDF, UNVR, bulan Oktober-November, itu sempat teman-teman investor retail bilang 'percuma saham blue chip, enggak ada guna.' Tapi hari ini UNVR naik tinggi sekali sampai lebih 10 persen," kata dia.

Sebagai informasi, saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) sempat mencapai harga terendahnya selama 5 tahun terakhir pada Selasa (28/9/2021). Sepanjang tahun hingga penutupan perdagangan kemarin, harga saham UNVR sudah anjlok 41,9 persen atau 3.080 poin.

Akan tetapi, hari ini saham UNVR naik kencang. Ellen menyebut kenaikan saham UNVR memiliki timing yang menarik, karena valuasinya benar-benar murah dan mendapatkan momentum pembukaan kembali ekonomi.

Dia pun meyakinkan, bagi investor yang 'nyangkut' di saham berfundamental bagus, tidak usah terlalu khawatir. Pasalnya, seiring perbaikan perekonomian, akan ada pemulihan.

"Yang bahaya adalah kalau nyangkutnya di emiten yang likuiditasnya enggak ada, bid offer enggak ada, secara fundamental juga masih struggle," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini